BisnisYuk

SpeakUp Platform Sistem Whistleblowing Dukung Integritas Ekosistem Startup Indonesia

SpeakUp Platform Sistem Whistleblowing Dukung Integritas Ekosistem Startup Indonesia

MOMSMONEY.ID - Ombak besar sedang menerpa industri startup Tanah Air. Belakangan, terkuak sejumlah startup di Indonesia tersandung kasus dugaan fraud atau penyimpangan yang merugikan investor, masyarakat dan ekosistem industri startup.

Sebut saja kasus yang terjadi di MDI Ventures, Tanihub, e-fishery, dan Investree. Banyaknya dugaan fraud memicu pertanyaan serius soal tata kelola perusahaan rintisan yang telah meraih pendanaan besar dari investor lokal maupun global.  

Jefrey Joe, General Partner and Co-Founder Alpha JWC Ventures, mengatakan, tidak dipungkiri isu transparansi, akuntabilitas dan tata kelola perusahaan startup memang semakin mendapatkan sorotan. 

Dia mengungkapkan, untuk membuat startup sukses memang tidak mudah. Dalam perjalanan, sebuah startup akan menempuh berbagai tantangan.

Dari kejadian dugaan fraud yang ada, Joe mengamati penyebab pendiri startup melakukan fraud karena ingin mengambil jalan pintas dalam mengembangkan bisnisnya. 

"Tidak melulu soal mengambil uang atau komunikasi dengan investor yang tidak baik, tetapi jalan pintas dilakukan, mungkin agar fundamental perusahaannya terlihat bagus di mata investor, tapi langkah jalan pintas seperti ini keliru dan jadi seperti gali lubang tutup lubang," kata Joe. 

Baca Juga: FaceUp Kelola Aduan Whistleblower Sebuah Institusi Secara Aman

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda juga bilang, perusahaan digital melakukan fraud dengan melakukan praktik pembukuan ganda demi menunjukkan seolah-olah telah meraih keuntungan, terutama di hadapan investor.

Akibatnya, dugaan fraud yang melibatkan startup  memberikan dampak besar terhadap ekosistem investasi startup digital. Seperti, kepercayaan investor yang tergerus dan para investor cenderung berpikir ulang untuk menanamkan modalnya. 

"Hal ini memperburuk situasi pendanaan startup digital yang memang tengah tertekan sejak 2022 akibat kenaikan suku bunga acuan," kata Huda. 

Data dealroom.co menunjukkan, investasi startup digital di Indonesia turun drastis dari Rp 144,06 triliun di 2021 menjadi hanya Rp 5,39 triliun hingga November 2024.

Menurut Huda, harapan pemulihan kenaikan nilai investasi startup di Tanah Air bisa terancam dari terkuaknya dugaan fraud startup belakangan ini. "Kotak pandora soal manipulasi valuasi srartup digital bisa terbuka," kata Huda. 

Joe mengatakan kasus startup yang tidak amanah belakangan ini bisa dijadikan pembelajaran berharga bagi industri startup untuk berkomitmen menciptakan tata kelola yang lebih baik. 

Tata kelola yang kelola yang lebih baik bisa dilakukan dengan mekanisme pengawasan yang lebih kuat. Sehingga, risiko manipulasi keuangan dan praktik tidak sehat bisa diminimalkan.

Baca Juga: Startup Analisis Kredit Berbasis AI Sxored Dapat Pendanaan dari East Ventures

Alat atau sistem yang dapat mendukung pengawasan dan tata kelola yang profesional bisa ditempuh dengan menerapkan sistem whistleblowing

Sekedar informasi, sistem ini memang dirancang untuk memfasilitasi pelaporan dugaan pelanggaran atau tindakan tidak etis yang terjadi dalam suatu organisai, baik itu pemerintah maupun perusahana swasta.

Whistleblowing atau pelaporan pelanggaran internal juga terbukti sebagai salah satu cara paling efektif untuk mendeteksi dan mecegah praktik yang merugikan. 

Berdasarkan laporan ACFE, 43% kasus fraud diungkap melalui laporan internal. Meski demikian, banyak perusahaan rintisan yang belum memiliki sistem pelaporan yang aman dan terpercaya, baik karena keterbatasan sumber daya, kurangnya pemahaman, atau minimnya standar praktik baik. 

Jika industri stratup bisa kompak berkomitmen menerapkan tata kelola yang lebih baik dengan menerapkan sistem whistleblowing, maka kasus fraud yang ada saat ini bisa menjadi titik balik bagi perubahan paradigma investasi di Indonesia. 

Menjawab tantangan ini, Alpha JWC Ventures memiliki platform whistle blowing bernama SpeakUp yang dirancang khusus untuk mendukung tata kelola yang baik di perusahaan-perusahaan dalam jaringan portofolionya.

Platform ini memberikan kesempatan bagi karyawan, founder, maupun pemangku kepentingan lain untuk melaporkan dugaan pelanggaran secara aman dan terlindungi, termasuk melakukan ekskalasi langsung ke para pemegang saham dan tim tata kelola yang independen. 

Baca Juga: Endeavor Indonesia Dorong Startup Fokus pada Bisnis Berkelanjutan

Lebih lanjut, Joe mengatakan setiap individu dapat melaporkan isu seperti penyalahgunaan keuangan, kecurangan, pelecehan, konflik kepentingan, diskriminasi, hingga pelanggaran etika.

Selanjutnya, semua laporan akan ditangani oleh tim secaa independen, dengan sistem pengamanan dan opsi pelaporan secara anonim yang telah terenkripsi. Untuk menjaga kredibilitas proses, sistem pencegahan laporan palsu juga diterapkan. 

Dalam dua minggu sejak peluncuran awal, lebih dari 20 perusahaan dalam portofolio Alpha JWC Ventures telah bergabung dalam inisiatif SpeakUp. Joe berharap jumlah perusahaan tersebut akan terus bertambah. 

"Inisiatif ini berpotensi menjangkau lebih dari 30.000 karyawan di lebih dari 80 perusahaan rintisan, menunjukkan langkah nyata menuju standar tata kelola yang lebih terstruktur dan menyeluruh di ekosistem teknologi Asia Tenggara," kata Joe. 

Melalui SpeakUp, Alpha JWC Ventures terus mendorong terciptanya ekosistem di mana tata kelola bukan sekadar sebagai alat pencegahan, tetapi kebutuhan mendasar sekaligus keunggulan kompetitif bagi perusahaan untuk tumbuh dan berhasil.

Sebab, di industri yang memiliki segudang potensi ini juga sekaligus menyimpan risiko.

"Membangun perusahaan dengan fondasi tata kelola yang kuat menjadi kunci keberhasilan jangka panjang, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun ekosistemnya secara keseluruhan," kata Joe.

Selanjutnya: Penyaluran Kredit Hijau BCA Capai Rp 103 Triliun pada Semester I-2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News