MOMSMONEY.ID - Kuartal III 2025 sudah hampir berakhir, Samuel Kesuma, Chief Investment Officer Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memandang kondisi perekonomian global masih akan tersendat bahkan hingga akhir tahun.
Faktor yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian global masih tersendat adalah dinamika implementasi tarif perdagangan. IMF saja dalam proyeksinya bulan Juli lalu memproyeksikan perekonomian global akan tumbuh di kisaran 3%-3,1% . Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata periode pra pandemi di 3.7%.
"Meningkatnya tingkat tarif dan risiko fragmentasi peta geopolitik menjadi faktor yang membayangi outlook ekonomi," kata Samuel dalam keterangan tertulis, Kamis (11/9).
Sementara, dalam jangka pendek, pelaku pasar masih menantikan perkembangan negosiasi tarif AS-China dengan tenggat waktu di November, serta potensi tarif sektoral tambahan dari AS.
Reaksi bank sentral
Menghadapi lemahnya momentum pertumbuhan ekonomi di dunia, Samuel melihat saat ini The Fed cukup menghadapi kondisi yang sulit untuk mempertimbangkan keputusan Fed Funds Rate (FFR).
Baca Juga: Tanda-Tanda Ekonomi Kembali Melemah Berlanjut
Ada tekanan kenaikan inflasi imbas dari tarif, namun di lain pihak sektor tenaga kerja melemah, yang seharusnya “diobati” dengan penurunan suku bunga.
Namun Samuel memperkirakan dalam waktu dekat ini, pengambilan kebijakan akan lebih berfokus untuk merespons pelemahan sektor tenaga kerja.
Median konsensus Bloomberg memperkirakan FFR dapat turun ke level 3.25% hingga akhir 2026, dan penurunan terdekat mungkin terjadi di bulan September ini juga.
Selanjutnya: Dolar Australia Menguat ke Level Tertinggi 10 Bulan, Catat Pekan Terbaik Sejak April
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News