MOMSMONEY.ID - Langkah strategis yang dilakukan Program Studi Interior Design President University (Presuniv) membuahkan hasil gemilang. Sejumlah karya desain mebel mahasiswa dan dosennya berhasil menembus pasar ekspor, termasuk ke Jepang, Amerika Serikat, Kolombia, hingga Australia.
Produk-produk tersebut, mulai dari kursi hingga mebel berbahan rotan, dikembangkan melalui kolaborasi dengan dua pabrik mebel di Cirebon, PT Dilmoni dan PT Balaji.
Kedua pabrik ini menjadi mitra penting dalam proses konversi sketsa desain menjadi prototipe siap jual untuk buyer internasional.
“Saya secara rutin membantu pabrik mebel di Cirebon, biasanya saya mulai dari sketsa desain mebel dan kursi, lalu dikembangkan menjadi prototype, kemudian dipasarkan ke buyer luar negeri,” ujar Prabu Wardono, Dosen Interior Design President University, Rabu (21/5).
Salah satu produk unggulan, lounge chair bermerek Fikasa hasil desain Prabu, berhasil menarik minat pasar Jepang dan telah dipesan melalui PT Balaji. Sementara dari Amerika, produk President University telah dikirim ke perusahaan mebel Nalika dan Asaya.
Baca Juga: Guido Sijabat Mahasiswa President University Raih GoldPrize Global StartupCompetition
Daya saing desain menjadi faktor kunci kesuksesan ekspor ini. “Produk harus memenuhi kebutuhan pasar global, seperti untuk restoran, kafe, dan hotel. Lalu, desainnya harus disesuaikan dengan selera masing-masing pasar, seperti Jepang yang berbeda dengan Amerika atau Australia,” tambah Prabu.
Selain kekuatan desain, eksplorasi material rotan juga jadi andalan. “Mahasiswa harus mampu mengeksploitasi karakter rotan yang lentur, berbeda dengan kayu atau logam. Dan mereka juga harus menawarkan solusi desain baru yang belum pernah dibuat oleh pabrik manapun di dunia,” ujarnya.
Tidak hanya sampai di situ, pada ajang IFEX 2025 lalu, enam karya mahasiswa Presuniv juga berhasil menarik minat perusahaan furnitur asal Turki untuk menjalin kerja sama lebih lanjut.
Dari sisi pendidikan, Presuniv memang menyiapkan mahasiswanya untuk menghadapi pasar global. “Metode ajar kami sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris. Ini membantu mahasiswa membuat proposal dan membangun komunikasi dengan relasi luar negeri,” jelas Agus Canny, Dekan Faculty of Art, Design and Architecture (FADA) Presuniv.
Ia menekankan bahwa capaian ini bukan hanya prestasi akademik, tetapi langkah nyata untuk mengangkat industri desain dan kerajinan Indonesia.
"Lulusan kami sangat strategis untuk mendukung dunia industri furnitur dan kerajinan Tanah Air,” imbuh Agus.
Keberhasilan ini membuktikan bahwa dengan pendekatan bisnis yang tepat dan pendidikan yang berorientasi global, desain Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.
Selanjutnya: Bill Gates Prediksi Banyak Pekerjaan Punah Akibat AI, Tapi 3 Profesi Ini Masih Aman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News