MOMSMONEY.ID - Magalarva yang mengolah limbah organik dengan menggunakan Black Soldier Fly (BSF) berhasil melakukan ekspor pakan ternak ke Amerika Serikat (AS).
Perusahaan ini membuktikan komitmennya mengeliminasi sampah makanan dan membangun ekosistem berkelanjutan melalui pakan hewan berbasis serangga.
Magalarva memulai operasinya dengan kapasitas pengolahan hanya 60 kg sampah per hari, yang kemudian terus bertambah menjadi 6 ton per hari.
Sejak menerima hibah dari DBS Foundation, kapasitas ini meningkat pesat sebesar 66% menjadi 10 ton per hari, dengan produksi larva mencapai 1-2 ton per hari.
Pada 2024, Magalarva berhasil menembus pasar internasional dengan mengekspor 14 ton produk pakan ke AS. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa solusi berbasis keberlanjutan tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
Didirikan pada 2017 oleh Rendria Labde dan Arunee Sarasetsiri, limbah oragnik yang diolah dengan BSF bisa menghasilkan pakan ternak berkualitas tinggi.
Pengolahan sampah menggunakan BSF menjadi solusi yang berbeda dari banyaknya pengolahan sampah yang berfokus pada sampah non-organik.
Baca Juga: Hari Peduli Sampah Nasional 2025, Ini Aksi Nestlé Indonesia Mengurangi Sampah
Memasuki tahun ketiga sejak menerima hibah dari DBS Foundation, Magalarva telah menjalin kemitraan dengan 20 organisasi dari berbagai sektor, melampaui target awal 12 mitra.
Beberapa mitra di antaranya adalah Ceres, Sarirasa, Indolakto, Rekosistem, PT Arie Karya Utama (AKU), dan Jangjo, hingga acara bergengsi seperti Food & Hospitality Indonesia dan Kumparan Green Initiative Conference.
Kemitraan ini memungkinkan Magalarva untuk mengumpulkan lebih banyak limbah makanan dan mengolahnya menggunakan BSF menjadi pakan ternak berkualitas tinggi, sehingga menekan jumlah sampah organik yang berakhir di TPA.
Untuk meningkatkan efisiensi operasional demi memperluas dampaknya, Magalarva telah membangun dua unit fasilitas pemilahan sampah di Bekasi dan Tangerang Selatan serta menambah jumlah mobil pengangkut.
Efisiensi ini membuka peluang bagi Magalarva untuk menjangkau lebih banyak pasar dengan rentang harga yang lebih kompetitif. Dengan ini, seiring bertambahnya angka penjualan, semakin banyak pula sampah yang dapat diolah.
Dampak sosial yang diciptakan Magalarva
Di samping mengolah sampah, Magalarva juga memberdayakan masyarakat dengan menciptakan lapangan kerja dan melibatkan tenaga kerja lokal.
Saat ini, Magalarva menyerap 23 perempuan (dengan empat di antaranya pada posisi manajerial), 43 operator pabrik, dan 130 pemulung dalam ekosistem pemilahan sampah.
Baca Juga: Dukung Pengelolaan Sampah, Beiersdorf Gelar Program Peduli Diri dan Lingkungan
Di samping itu, Magalarva juga menyediakan insentif bagi pemulung yang memilah dan menjual sampah organik, sehingga membantu mereka mendapatkan pendapatan tambahan sekitar 35%.
Selain di tingkat komunitas, Magalarva juga mendorong perubahan positif di kalangan mitra industri menjadi lebih bijak dalam mengelola limbah makanan.
Salah satunya adalah The Westin Jakarta yang telah memperbarui standard operating procedure (SOP) mereka dengan memilah sampah organik ke dalam drum yang ditukar secara berkala tanpa plastik sekali pakai.
Inisiatif ini turut membantu mengurangi sampah yang tidak terkelola dan sejalan dengan program keberlanjutan dari pemerintah dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
"Ke depannya, Magalarva akan memperluas upayanya dalam mengolah lebih banyak sampah makanan, serta menjalin kemitraan dengan lebih banyak pelaku industri untuk mempopulerkan solusi pengelolaan sampah yang bertanggungjawab dan mengurangi beban TPA," kata Founder & CEO Magalarva Rendria Labde dalam keterangan tertulis, Kamis (20/3).
Di saat yang sama, Magalarva juga akan terus memperkuat ekspansi internasional, setelah sukses menjajaki pasar Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.
Selanjutnya: Ikut Nobar Indonesia VS Australia, Ini Kata Shin Tae Yong Soal Kekalahan Timnas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News