AturUang

Literasi Asuransi Memang Meningkat tapi Polis Masih Sepi Peminat

Literasi Asuransi Memang Meningkat tapi Polis Masih Sepi Peminat

MOMSMONEY.ID - Tingkat pemahaman masyarakat terhadap asuransi meningkat, namun belum sepenuhnya diikuti oleh peningkatan kepemilikan polis oleh publik. 

Indonesia Financial Group (IFG) menilai, fenomena ini sebagai tantangan penting bagi industri asuransi nasional dalam mewujudkan perlindungan keuangan yang lebih merata.

Data dari IFG Progress menunjukkan, tingkat literasi asuransi masyarakat Indonesia pada 2025 mencapai 45,45%. Namun, inklusi atau kepemilikan produk asuransi masih tertahan di 28,5%.

Ini menunjukkan, meskipun makin banyak orang yang tahu tentang asuransi, belum banyak yang memutuskan membeli.

Sekretaris Perusahaan IFG Denny S. Adji mengatakan, literasi publik merupakan fondasi dari sistem keuangan yang sehat dan terintegrasi.

"Industri asuransi kini memikul peran strategis sebagai instrumen keuangan yang memberikan perlindungan terhadap risiko. Integrasi kebijakan, pengawasan adaptif, dan literasi publik menjadi pondasi ekosistem terintegrasi," jelas Denny dalam keterangan tertulis Rabu (6/9). 

Baca Juga: Pentingnya Perlindungan Jiwa dan Kesehatan Sebelum Studi ke Eropa Salah satu penyebab rendahnya minat beli adalah kurangnya pemahaman menyeluruh terhadap manfaat produk.

Banyak masyarakat yang menganggap asuransi sebagai biaya tambahan, bukan alat perlindungan, atau bahkan mengira asuransi hanya relevan untuk kalangan tertentu.

Padahal, asuransi bisa diakses lebih luas. Saat ini, sudah banyak produk mikro dengan premi terjangkau yang ditawarkan melalui kanal digital. 

Namun, tanpa pemahaman dasar yang kuat, masyarakat cenderung menunda pembelian, atau memilih produk tanpa mempertimbangkan manfaat jangka panjangnya.

IFG juga mencermati, di tengah tekanan ekonomi dan kenaikan biaya hidup, masyarakat justru semakin rentan terhadap risiko keuangan. 

Baca Juga: Cara Melindungi Keluarga dari Risiko dengan Asuransi Jiwa dan Penyakit Kritis

Tanpa asuransi, risiko sakit, kecelakaan, atau kehilangan pendapatan bisa berdampak besar terhadap stabilitas keuangan rumah tangga.

Untuk itu, Denny menekankan pentingnya reformasi menyeluruh dalam pendekatan industri asuransi.

"Di tengah tekanan eksternal dan domestik, industri asuransi perlu menata ulang pendekatan bisnis dengan menempatkan tata kelola, inovasi, dan integrasi sebagai fondasi utama," ujarnya.

Dengan literasi yang terus meningkat dan produk yang makin beragam, IFG optimistis, pertumbuhan inklusi asuransi dapat dikejar pada tahun-tahun mendatang.

Kuncinya adalah menjadikan asuransi sebagai bagian dari kebutuhan finansial dasar masyarakat, bukan pilihan tambahan.

Selanjutnya: Kemdagri Terus Memperkuat Upaya Penanggulangan Bencana di Daerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News