MOMSMONEY.ID - Penguatan dollar AS belum terbendung. Alhasil, nilai tukar rupiah terhadap dollar masih lanjut melemah pada hari ini (17/4).
Mengutip bloomberg.com, Rabu (17/40, nilai tukar USD/IDR di pasar spot ditutup di level 16.220, naik 44,50 poin atau 0,28% dibandingkan penutupan kemarin. Sepanjang tahun ini berjalan, rupiah terdepresiasi 5,33%. Akhir tahun lalu, rupiah masih berada di level Rp 15.399 per dollar AS.
Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, menguraikan, ada beberapa amunisi penyokong kekuatan USD dari eksternal. Salah satunya, para pedagang tetap bias terhadap dollar setelah rilis data inflasi dan penjualan ritel AS lebih tinggi dari perkiraan, yang menunjukkan bahwa inflasi masih stagnan dalam beberapa bulan terakhir.
Peringatan dari Federal Reserve membuat sebagian besar pedagang tidak memperhitungkan penurunan suku bunga lebih awal lagi. Komentar Ketua Fed Jerome Powell membuat para pedagang semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada Juni. Kini, CME Fedwatch menunjukkan peluang 79,2% bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. Alat ini juga menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang kecil untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin.
Lebih banyak pejabat Fed yang akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang, dan kemungkinan besar akan mengulangi retorika Powell, mengingat bank sentral telah memberi isyarat bahwa setiap penurunan suku bunga akan dipandu oleh inflasi.
Baca Juga: Dollar AS Makin Bertaji, Kurs USD/IDR Ditutup di Level 16.175
Di samping itu, kata Ibrahim, memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, mendorong permintaan mata uang safe haven.
Para pedagang juga waspada terhadap kemungkinan tindakan intervensi oleh pemerintah Jepang, terutama karena beberapa pejabat memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk membendung pelemahan yen.
Di dalam negeri, sentimen bagi rupiah sejatinya cukup baik. Menurut Ibrahim, Dana Moneter Internasional (IMF) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5% pada 2024. Sekaligus mengerek proyeksi ekonomi RI pada 2025 menjadi 5,1%. IMF menyebutkan bahwa negara berkembang yang tergabung dalam G20 memegang peran penting bagi aktivitas ekonomi global. Indonesia sebagai produsen utama terbesar untuk transisi energi, yakni nikel.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia bahkan percaya diri ekonomi bisa lebih tinggi dari proyeksi IMF, yaitu mencapai 5,2% pada 2024 dan 5,3%-5,6% pada 2025. Optimisme itu didasari kondisi politik yang semakin stabil paska pemilihan presiden serta berbagai indikator makroekonomi cukup bagus.
Baca Juga: Harap Berhati-hati, Analis NH Korindo Sekuritas Sarankan Investor Tak Agresif
Maka, Ibrahim memprediksi, pada perdagangan besok, Kamis (18/4), pergerakan USD/IDR masih fluktuatif. Namun, rupiah berpotensi ditutup menguat terhadap dollar AS di direntang Rp 16.170-Rp 16.250 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News