InvesYuk

Investor Tetap Melirik Indonesia, Investasi Naik di Tengah Tekanan Global

Investor Tetap Melirik Indonesia, Investasi Naik di Tengah Tekanan Global

MOMSMONEY.ID - Investasi di Indonesia terus menunjukkan tren positif meski dunia masih diliputi ketidakpastian.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi pada triwulan II 2025 mencapai Rp 477,7 triliun, naik tipis 2,7% dari triwulan sebelumnya.

Jika diakumulasi, total investasi semester pertama tahun ini sudah mencapai Rp942,9 triliun atau hampir setengah dari target tahunan sebesar Rp 1.905,6 triliun.

Gundy Cahyadi, Research Director Prasasti Center for Policy Studies, menilai, capaian ini sebagai tanda ketahanan ekonomi nasional yang semakin kuat.

“Momentum investasi tetap terjaga. Di tengah dinamika global yang menantang, fakta bahwa Indonesia mampu mempertahankan arus investasi ini mencerminkan keyakinan investor terhadap prospek jangka panjang ekonomi kita,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (1/8).

Industri logam dasar menjadi sektor penyumbang investasi terbesar dengan nilai Rp 67,1 triliun, disusul sektor pertambangan sebesar Rp 53,6 triliun.

Namun yang menarik, sektor perdagangan dan reparasi untuk pertama kalinya masuk lima besar penerima investasi, dengan angka mencapai Rp 40 triliun.

"Tren ini menunjukkan bahwa transformasi struktur ekonomi sedang berlangsung," kata Gundy.

Baca Juga: Bitcoin Kokoh di Tengah Ketegangan Global, Ini Penyebabnya

Meski total investasi meningkat, penanaman modal asing (PMA) justru turun 6,9% dibanding periode yang sama tahun lalu. PMA tercatat sebesar Rp 202 triliun atau 42,3% dari total investasi langsung.

Penurunan ini disebut sebagai sinyal kehati-hatian investor global di tengah ketidakpastian eksternal, terutama terkait kebijakan tarif Amerika Serikat.

Dari sisi ketenagakerjaan, investasi triwulan ini menciptakan lebih dari 665 ribu lapangan kerja baru, meningkat 12% dibanding triwulan sebelumnya. Separuhnya tercipta di luar Pulau Jawa, menunjukkan pergerakan positif dalam pemerataan pembangunan.

Namun, Gundy mengingatkan, pekerjaan formal masih didominasi wilayah perkotaan, sementara jumlah pencari kerja baru terus bertambah tiap tahun.

Ia juga menyoroti tantangan jangka menengah seperti ancaman otomatisasi, yang berisiko menggantikan sekitar 30% pekerjaan di sektor manufaktur dan pertanian dalam dua dekade mendatang.

"Ini adalah peringatan serius bagi agenda pembangunan kita,” ujarnya  dan menyoroti masih tingginya jumlah pemuda yang tidak bekerja maupun belajar.

Menurut Gundy, kuncinya bukan hanya soal jumlah investasi, tapi ke mana arah alirannya.

"Kita sudah memiliki momentum dan dasar yang kuat. Yang dibutuhkan sekarang adalah kombinasi kebijakan yang tepat penguatan SDM, kepastian hukum bagi investor, dan pemerataan pembangunan antarwilayah," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News