MOMSMONEY.ID - Setiap orang memiliki karakter dan cara berbeda dalam menghadapi risiko investasi. Ada yang cenderung berhati-hati, ada yang siap mengambil risiko untuk mengharapkan keuntungan besar, dan ada pula yang berada di tengah-tengah.
BNI Sekuritas memberikan tips untuk mengenali tiga tipe utama investor berdasarkan profil risiko, yaitu konservatif, moderat, dan agresif.
1. Investor Konservatif: Mengutamakan kestabilan
Investor konservatif cenderung memilih investasi yang stabil dan minim risiko. Mereka kurang nyaman melihat nilai portofolio berfluktuasi tajam, dan lebih fokus pada hasil yang pasti meskipun pertumbuhannya lambat.
Direktur Retail Markets & Technology BNI Sekuritas Teddy Wishadi mengatakan investor dengan profil konservatif lebih cocok berinvestasi pada instrumen berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang, obligasi pemerintah, atau deposito berjangka.
"Profil ini biasanya sesuai untuk tujuan jangka pendek hingga menengah, di mana kestabilan dan keamanan modal menjadi prioritas utama," katanya melalui keterangan tertulis, Senin (11/17).
Baca Juga: IHSG Berpotensi Rebound, Berikut Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Senin (17/11)
2. Investor Moderat: Seimbang antara keamanan dan pertumbuhan portofolio.
Tipe moderat berada di antara konservatif dan agresif. Mereka bersedia mengambil risiko, namun tetap mengutamakan keseimbangan dan kehati-hatian.
Investor moderat umumnya memiliki tujuan jangka menengah hingga panjang, tetap tenang menghadapi fluktuasi pasar, dan siap menanggung risiko selama peluang keuntungannya masih terukur.
“Investor moderat dapat mempertimbangkan instrumen seperti reksa dana campuran, obligasi korporasi, atau saham blue chip yang memiliki fundamental kuat,” ujar Teddy.
3. Investor Agresif: Mengejar pertumbuhan maksimal.
Investor agresif berani mengambil risiko tinggi demi potensi imbal hasil yang lebih besar. Mereka tidak mudah panik menghadapi volatilitas pasar dan biasanya memiliki dana darurat yang kuat sebagai penyangga. Instrumen yang cocok untuk profil ini meliputi saham, reksadana saham, hingga ETF (Exchange Traded Fund).
Meski begitu, penting untuk diingat bahwa risiko tinggi selain memiliki potensi keuntungan yang tinggi, juga selalu sejalan dengan potensi kerugian yang juga tinggi. Oleh karena itu, disiplin dan strategi yang matang sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Bukan Hoki, Ini Strategi Investasi Seorang Remaja yang Tembus Rp 100 Miliar
Teddy menegaskan, tidak ada profil yang lebih baik dari yang lain, semuanya tergantung pada karakter, tujuan, dan toleransi risiko masing-masing individu. Apapun profil risikonya, yang terpenting adalah berinvestasi dengan informasi yang cukup. Investor perlu memahami instrumen yang dipilih agar keputusan investasi bisa dilakukan secara bijak dan terukur.
“Investasi bukan hanya soal siapa yang paling cepat untung, tetapi siapa yang paling konsisten, bijak, dan terinformasi,” imbuhnya.
Selanjutnya: Bunga KUR Dipatok Flat 6% Mulai 2026, UMKM Bisa Ajukan KUR Tanpa Batas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News