MOMSMONEY.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak fluktuatif pada pekan ini, seiring rilis data ekonomi domestik kunci. Indo Premier Sekuritas (IPOT) merekomendasikan investor untuk fokus pada saham defensif dan emiten berkinerja solid.
Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi, menjelaskan, meskipun pertemuan Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump, serta kebijakan The Fed yang menghentikan Quantitative Tightening menjadi sentimen positif, trader perlu waspada terhadap padatnya rilis data ekonomi domestik pekan ini.
"Money management dan risk management menjadi kunci utama," katanya, mengutip siaran pers, Senin (3/11).
Sedangkan, bagi investor yang mempunyai time horizon lebih panjang, menurut Imam, musim rilis laporan keuangan menjadi waktu penting untuk mengevaluasi kinerja emitennya dan melihat apakah kinerja Q3 sesuai dengan target atau masih jauh dari target. Momen rilis laporan keuangan juga waktunya untuk kembali mencari emiten-emiten yang tumbuh atau turn around dari kinerja historisnya.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat, Simak Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Hari Ini (3/11)
Ia memperkirakan fokus pasar pada pekan ini (3-7 November 2025) tertuju pada tiga rilis data ekonomi domestik yang cukup padat.
Pertama, pertumbuhan ekonomi Q3-2025. Konsensus Bloomberg memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,8%, menandakan potensi pelambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Menteri Keuangan telah mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi Q3 kemungkinan sedikit lebih rendah dibandingkan Q2-2025 seiring moderasi aktivitas domestik dan tekanan eksternal.
Kedua, Purchasing Managers' Index (PMI) atau indeks kesehatan sektor manufaktur. Sebelumnya PMI Manufaktur melambat dari 51,5 menjadi 50,4. Pelemahan ini ditengarai disebabkan kenaikan biaya produksi dan melemahnya permintaan ekspor.
Ketiga, inflasi Oktober 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi awal pekan ini. Konsensus memperkirakan inflasi tahunan akan melandai menjadi 2,59% dari 2,65% pada September, menandakan stabilitas harga yang relatif terjaga.
Di sisi lain, sentimen pasar global membaik setelah pertemuan Presiden Xi Jinping dan Donald Trump di Korea Selatan, pada 30 Oktober 2025, yang menghasilkan kesepakatan penting. Amerika Serikat sepakat menurunkan tarif impor produk China dari 57% menjadi 47%, sementara China berkomitmen membeli kembali 12 juta ton kedelai AS hingga Januari 2026.
Kesepakatan lain mencakup penundaan pembatasan ekspor rare earth oleh China selama satu tahun, dan penurunan tarif fentanyl oleh AS dari 20% ke 10%.
Rekomendasi saham pekan ini
Pekan ini, IHSG berpotensi bergerak dinamis mengikuti sentimen dari rilis data ekonomi domestik. Secara teknikal, prediksi Imam, level 8.354 menjadi batas atas untuk skenario optimistis. Ini dengan asumsi rilis data pertumbuhan ekonomi dan inflasi menunjukkan stabilitas fundamental yang cukup baik, serta menjaga persepsi positif investor terhadap daya tahan ekonomi nasional.
Sebaliknya, skenario terburuk, IHSG diperkirakan dapat menguji area 7.959. Terutama jika data pertumbuhan ekonomi menunjukkan pelambatan yang lebih dalam dari ekspektasi pasar, atau jika tekanan eksternal kembali meningkat, misalnya dari arah kebijakan moneter global maupun volatilitas pasar komoditas.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Lanjut Menguat, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas Senin (3/11)
Merespons dinamika pasar ini, IPOT merekomendasikan strategi investasi yang berfokus pada saham-saham defensif dan berkinerja solid. Berikut ini rekomendasi saham pekan ini:
1. Buy on Pullback KLBF (Entry: 1.235- 1.255, Target Price: 1.345 dan Stop Loss: 1.215)
Kinerja Kalbe Farma (KLBF) yang solid hingga kuartal III-2025 semakin memperkuat posisinya sebagai saham defensif di tengah potensi perlambatan ekonomi nasional.
Perseroan membukukan penjualan Rp 25,98 triliun, tumbuh 7,22% secara tahunan. Sementara laba bersih naik 10,97% menjadi Rp 2,63 triliun, mencerminkan efisiensi operasional yang terjaga serta peningkatan margin di tengah tekanan biaya produksi.
2. Buy JPFA (Entry: 1.510, Target Price: 2.730 dan Stop Loss: 2.430)
Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) menunjukkan kinerja yang solid sepanjang 9 bulan 2025 dengan laba bersih mencapai Rp 2,4 triliun, tumbuh 15,1% year on year. Laba ini melampaui estimasi konsensus sebesar 75% dari target setahun penuh, di atas rata-rata historis lima tahunnya di 68%.
Pencapaian ini didorong oleh lonjakan laba kuartal III-2025 sebesar Rp 1,2 triliun atau naik 90,6%. Ini seiring dengan pemulihan kuat harga broiler dan DOC yang mendorong perbaikan margin secara signifikan.
3. Buy TAPG (Entry: 1.880, Target: 2.000 dan Stop Loss: 1.825)
Di tengah ancaman pelambatan pertumbuhan ekonomi, Triputra Agro Persada (TAPG) tampil menonjol dengan kinerja yang solid hingga kuartal III-2025. Perseroan membukukan pendapatan Rp 8,20 triliun, tumbuh 31,48% dari Rp 6,24 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menjelang akhir tahun, permintaan minyak sawit (CPO) berpotensi melonjak signifikan seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri makanan dan minuman menjelang periode perayaan Natal dan Tahun Baru, serta kenaikan permintaan dari sektor energi akibat peningkatan alokasi program biodiesel domestik.
Selanjutnya: Bumi Makmur Anugerahagung Optimistis Konsumsi CPO Domestik Bergairah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News