AturUang

Geopolitik, AI, dan ESG Jadi Tantangan Bisnis Kredit

Geopolitik, AI, dan ESG Jadi Tantangan Bisnis Kredit

MOMSMONEY.ID - Ketidakpastian perekonomian, perkembangan teknologi hingga isu geopolitik dan penerapan bisnis yang berkelanjutan tentu jadi bahasan para pelaku bisnis di dunia. Tak terkecuali di dalam negeri. Lembaga pemeringkat kredit di Asia membahas tantangan global yang semakin kompleks. Dalam ACRAA (Association of Credit Rating Agencies in Asia) Summit yang berlangsung beberapa pekan lalu di Beijing, para pemeringkat kredit membahas isu geopolitik, perkembangan Artificial Intelligence (AI), dan pentingnya penerapan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam evaluasi kredit.

Syaiful Adrian, CEO PT Kredit Rating Indonesia, menegaskan bahwa ketiga isu ini akan memiliki dampak besar terhadap daya saing negara, industri, maupun perusahaan di masa depan. "Kegagalan dalam mengelola dinamika geopolitik, AI, dan ESG dapat menurunkan daya saing, yang pada akhirnya berpotensi mengurangi kemampuan negara dan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang mereka," jelas Syaiful dalam keterangan resminya.

Isu geopolitik, seperti polarisasi politik global dan konflik Rusia-Ukraina, menjadi sorotan dalam pertemuan ini. Pertanyaan pun muncul mengenai objektivitas metodologi pemeringkatan negara-negara di tengah ketegangan geopolitik. Sejumlah perwakilan menggarisbawahi pentingnya memastikan bahwa penilaian kredit tetap objektif dan bebas dari bias, terutama di tengah konflik yang mempengaruhi aliansi internasional.

Baca Juga: Terkini, BI Rate Turun 25 bps Menjadi 6,00%

Selain itu, AI juga menjadi sorotan, dengan diskusi mengenai bagaimana teknologi ini dapat mempengaruhi metode penilaian risiko kredit. Penerapan AI yang tepat dapat meningkatkan akurasi penilaian, namun di sisi lain, risiko penyalahgunaan teknologi tersebut juga perlu diantisipasi.

Oleh karena itu, Syaiful menambahkan bahwa seiring dengan pemanfaatan teknologi AI seperti yang telah dilakukan secara intensif di Kredit Rating Indonesia, tetap perlu dicermati oleh para analis agar kombinasi antara teknologi AI dengan analis yang berpengalaman dapat terus secara konsisten memberikan hasil yang presisi dalam hal pemeringkatan.

ACRAA, yang didirikan oleh Asian Development Bank (ADB), memiliki peran penting sebagai wadah komunikasi dan pertukaran pengetahuan di antara lembaga pemeringkat kredit di Asia.

Summit ini merupakan salah satu upaya ACRAA untuk memastikan bahwa lembaga pemeringkat di Asia mampu menghadapi perubahan global yang cepat dengan tetap menjaga akurasi dan objektivitas penilaian mereka. Kredit Rating Indonesia telah menjadi anggota ACRAA sejak tahun 2023 yang menjadikannya sebagai lembaga pemeringkat yang trusted dan reliable.

Baca Juga: Laki-laki Banyak Menggunakan Pakai Paylater

Selanjutnya: Gojek Terpilih Jadi Aplikator Online Favorit Masyarakat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News