Santai

Fenomena Suhu Panas Terik Dekati 38°C Masih Berlangsung, Ini Penjelasan BMKG

Fenomena Suhu Panas Terik Dekati 38°C Masih Berlangsung, Ini Penjelasan BMKG

MOMSMONEY.ID - Sebagian wilayah Indonesia masih mengalami fenomena suhu panas yang cukup terik pada siang hari, hingga 37,4°C. Begini penjelasan dari BMKG

Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum pada 4-5 Oktober 2023 di beberapa wilayah Indonesia terjadi cukup tinggi, dengan kisaran 35,1-37,4 °C pada siang hari. 

Suhu maksimum tertinggi 37,4°C yang terukur di Kantor Stasiun Meteorologi Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, pada 4 dan 5 Oktober 2023.

Sementara suhu maksimum terukur di wilayah Jabodetabek berada pada kisaran 36,6°C di wilayah Tangerang Selatan pada 5 Oktober 2023.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi Guswanto, secara umum, fenomena suhu panas terik tersebut terjadi karena dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer.

Baca Juga: Kapan Musim Kemarau Kering bakal Berakhir? Ini Prediksi BMKG

Pertama, saat ini kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara termasuk Jabodetabek didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah.

"Dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (6/10).

Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran Matahari pada siang hari ke permukaan Bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer.

"Sehingga, suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik," ungkap Guswanto. 

Saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau dan sebagian lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November. 

Alhasil, kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari.

Baca Juga: Musim Hujan Sudah Datang di Daerah Ini, Wilayah Indonesia Lain Kapan?

Kedua, posisi semu Matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator. 

Yang berarti, sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara mendapatkan pengaruh dampak penyinaran Matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya. 

"Pemanasan sinar Matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari," ujar Guswanto. 

Meski begitu, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan Bumi. 

Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini.

BMKG memprediksikan, kondisi fenomena panas terik masih bisa berlangsung selama Oktober tahun ini, mengingat kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari. 

Sehingga, BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh.

"Terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari, supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya," imbuh Guswanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News