MOMSMONEY.ID - Bisnis industri aplikasi Indonesia sedang berkembang. Potensi dari bisnis tersebut sangatlah luar biasa karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Sementara penetrasi masyarakat ke internet dan aplikasi masih rendah dibanding negara lain.
Berkaca pada negara tetangga seperti India, mengapa mereka bisa sangat jago dalam hal teknologi? Bagaimana dengan perkembangan teknologi termasuk penciptaan aplikasi di Indonesia?
Abhineet Kaul, Direktur Access Partnership, Senin (11/9), mengatakan, industri aplikasi Indonesia masih menuai hambatan besar dan memerlukan perhatian khusus. Aspek yang perlu diperhatikan adalah aksesibilitas digital.
Menurut Kaul, 80% penduduk Indonesia masih kekurangan akses internet. Kesenjangan yang krusial tersebut memerlukan investasi besar dalam infrastruktur, sehingga wilayah Indonesia yang terpencil sekalipun bisa terhubung internet.
Digital Indonesian Roadmap 2021-2024 telah membahas beberapa arah strategis, mulai dari investasi pengembangan infrastruktur digital yang inklusif, aman, dan ekspansi.
Selain itu yang menjadi tantangan adalah terbatasnya adopsi digital di kalangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Padahal UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, hanya 32% yang menggunakan alat digital sehingga tertinggal dari tren global.
Memfasilitasi adopsi digital di kalangan UMKM melalui hibah yang ditargetkan dan program pelatihan yang komprehensif, dapat mendorong pertumbuhan dan ketahanan ekonomi.
Belajar dari keberhasilan inisiatif di Korea dan Malaysia, memfasilitasi sektor ini melalui hibah, investasi, dan program pelatihan komprehensif memiliki potensi yang sangat besar.
Baca Juga: Lindungi Produk Lokal, Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Transformasi Digital
Satu lagi tantangan yang perlu diperhatikan adalah kurangnya pekerja terampil di bidang teknologi.
Kaul memaparkan kekurangan pekerja di bidang teknologi saat ini, sekitar 600.000 setiap tahunnya. Hal tersebut bisa menjadi potensi dan mendorong Indonesia untuk meningkatkan keterampilan digital.
Peningkatan keterampilan ini krusial bagi pengembang aplikasi agar tetap kompetitif. Laporan ini menunjukkan bahwa 23% pedagang yang disurvei menyadari pentingnya pelatihan keterampilan digital untuk kesuksesan jangka panjang.
Kolaborasi antara pengembang aplikasi seperti GO-Academy, Bangkit, #JuaraAndroid, Google Play x Unity, dan Indie Games Accelerator membantu meningkatkan keterampilan yang mendukung pertumbuhan ekonomi aplikasi di Indonesia.
Selain itu, menciptakan ekosistem inovasi teknologi dan mendukung perkembangan kota pintar dapat meningkatkan peran Indonesia sebagai pusat teknologi terkemuka di kawasan ini.
Fitra Faishal, Senior Ekonom Indonesia, mengatakan, sejatinya pengembang aplikasi di Indonesia bisa jadi tidak kalah saing dengan pengembang aplikasi dari luar negeri.
Namun, memang perlu diakui pengembang aplikasi di Indonesia kerap tidak mengetahui bagaimana caranya memetakan pasar. Faktor ini seringkali membuat pengembang aplikasi di Indonesia gulung tikar.
"Keahlian atawa skill set pengembang di Indonesia memang masih terbatas, tetapi hal tersebut bisa diatasi jika pengembang aplikasi tersebut bisa memahami pasarnya dengan baik," kata Fitra.
Salah satu contoh aplikasi asal karya anak bangsa yang sukses diantaranya Gojek. Fitra mengatakan Gojek berhasil mendepak Uber yang sempat hadir di Indonesia. "Gojek sangat mengetahui pasar Indonesia dan memiliki aspek atau faktor lokal," kata Fitra.
Baca Juga: Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital di Kawasan ASEAN Ditargetkan Rampung Tahun 2025
Fitra berharap pengembang aplikasi di Indonesia tidak berhenti dengan berpuas diri sukses di dalam negeri saja. Melainkan, para pengembang aplikasi juga harus berani berbisnis secara global.
Dalam mendukung hal tersebut, Fitra mengatakan, perlu peran pemerintah untuk bisa membawa atau memperkenalkan pengembang aplikasi lokal ke luar negeri.
"Pemerintah juga harus bisa memfasilitasi pengembang aplikasi dengan pengenalan pasar, pelatihan, atau kolaborasi atau mempertemukan dengan pengembang luar," kata Fitra.
Berkaca ke India, faktor yang membuat teknologi di Indonesia berada di bawah India adalah kualitas dan kuantitas ahli teknologi. Fitra mengatakan kualitas dan kuantitas ahli teknologi di India lebih banyak dari Indonesia.
"India sudah sejak lama fokus ke ilmu teknologi, sampai-sampai India kebanyakan jumlah ahli teknologi yang membuat mereka tersebar secara global, lihat saja banyak CEO global orang India," kata Fitra.
Sejauh ini, Fitra melihat perkembangan digital di Indonesia masih belum maksimal dan perlu dukungan yang kuat dari pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News