BisnisYuk

Entrev Dukung Pengembangan Industri Baterai Nasional, Ini Bentuknya

Entrev Dukung Pengembangan Industri Baterai Nasional, Ini Bentuknya

MOMSMONEY.ID - Entrev menegaskan dukungannya akan pengembangan ekosistem baterai terintegrasi di Indonesia. 

Salah satunya, dengan mendukung proyek Dragon yang digarap oleh PT Aneka Tambang (Antam) Tbk bersama Contemporary mperex Technology Co. Limited (CATL).

"Proyek Dragon adalah momentum strategis bagi Indonesia untuk membangun rantai pasok baterai EV (kendaraan listrik) dari hulu ke hilir," kata National Project Manager Entrev Boyke Lakaseru dalam keterangan tertulis, Rabu (19/3).

"Kami mendukung penuh langkah Antam dalam mengolah nikel menjadi material baterai dan memastikan bahwa hilirisasi ini benar-benar memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional," ujarnya.

Menurut Boyke, proyek ini tidak hanya akan meningkatkan daya saing Indonesia di sektor energi bersih, tetapi juga membuka peluang besar bagi industri lokal untuk berkembang.

"Dengan adanya smelter berbasis High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang sedang dibangun, ini adalah fondasi penting dalam menciptakan ekosistem baterai yang berkelanjutan," sebut dia.

Boyke juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta dalam memastikan proyek ini berjalan dengan baik.

Baca Juga: Minat Pengguna Motor Listrik Meningkat, Entrev Catat Hal Ini

Ia menekankan, Entrev siap berkontribusi dalam bentuk kolaborasi, advokasi kebijakan, serta peningkatan kapasitas industri dalam negeri untuk mendukung percepatan pengembangan industri baterai EV.

Proyek Dragon merupakan bagian dari inisiatif hilirisasi strategis yang dicanangkan oleh Grup MIND ID.

Antam sebagai bagian dari holding ini berkolaborasi dengan CATL untuk membangun kawasan industri yang akan menjadi pusat pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.

Fasilitas yang sedang dikembangkan mencakup smelter nikel dengan teknologi HPAL dan RKEF, serta industrial park yang akan menjadi pusat aktivitas manufaktur baterai.

Boyke menambahkan, bahwa proyek seperti ini harus dikawal dengan kebijakan yang tepat agar Indonesia tidak hanya menjadi penyuplai bahan baku, tetapi juga pemain utama dalam rantai pasok baterai global.

"Kami berharap, proyek ini dapat menjadi model bagi pengembangan industri hijau di Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat posisi negara dalam industri kendaraan listrik dunia," tuturnya.

Selanjutnya: Korporasi Minim Ekspansi, Perbankan Minim Beri Kredit Sindikasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Survei KG Media