InvesYuk

BI Menahan Suku Bunga Mendorong Kinerja Reksadana Saham & Pendapatan Tetap

BI Menahan Suku Bunga Mendorong Kinerja Reksadana Saham & Pendapatan Tetap

MOMSMONEY.ID - Kinerja pasar keuangan Indonesia masih memberi harapan naik di tengah ketidakpastian pasar global. Analis memproyeksikan kinerja reksadana pasar saham dan obligasi masih akan naik. 

Selasa (2/7) kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di 7.136. Sedangkan, sepekan lalu IHSG berada di 6.882. Sementara, pasar obligasi mengawali pekan ini dengan bergerak melemah di tengah relatif sepinya perdagangan. 

Head of Investment Bareksa Christian Halim mengatakan dalam keterangan tertulis, kinerja pasar saham dan obligasi masih berpotensi tumbuh lagi, meski bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed masih sulit untuk menurunkan suku bunga. Sentimen positif lain yang bisa meningkatkan kinerja pasar saham dan obligasi adalah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang tetap. 

Baca Juga: 400.000 Tiket Whoosh Terjual Selama Momen Liburan Tengah Tahun

Di Juni lalu BI menahan suku bunga acuan di level 6,25% dan membawa angin segar bagi investor reksadana. Menurut Christian, hal tersebut membawa dampak positif bagi reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap dalam jangka pendek hingga menengah. 

Lebih lanjut, Christian menjelaskan suku bunga yang stabil membuat investasi di saham menjadi lebih menarik dibanding instrumen berpenghasilan lebih rendah seperti deposito. "Hal ini mendorong aliran dana ke pasar saham, sehingga berpotensi meningkatkan harga saham dan mendorong kinerja reksadana saham," kata Christian. 

Sementara, yield obligasi negara  bisa turun yang mengindikasikan harga naik, sehingga menguntungkan kinerja reksa dana pendapatan tetap. 

Christian juga menggarisbawahi harga saham-saham berkapitalisasi besar yang kerap menjadi penopang utama pasar modal Indonesia saat ini terbilang murah dalam enam bulan terakhir, yang memberikan peluang bagi investor untuk masuk di harga bawah. 

"Saham-saham seperti BBCA, BBRI dan TLKM sedang berada di level terendah enam bulan terakhir. Ini bisa menjadi momentum untuk masuk ke produk berbasis saham seperti reksadana saham dan indeks saham dengan harga murah untuk meraih potensi optimal jangka panjang," tambahnya.

Baca Juga: Sempat Turun ke Zona Merah, IHSG Naik 0,15% ke Level 7.150 di Sesi I, Selasa (2/7)

Sementara itu, Chief Investment Officer Jagartha Advisors Erik Argasetya mengatakan Indonesia memiliki fundamental yang kuat di tengah tekanan global, sehingga dapat menopang kinerja reksa dana berbasis saham.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih stabil di kisaran 5%, sementara itu inflasi juga terjaga dalam kisaran target BI di 1,5-3,5%. Ini dapat menjaga yield obligasi negara pada akhir tahun menjadi di bawah 7%, yang pada akhirnya mendukung kinerja reksadana pendapatan tetap dalam jangka pendek hingga menengah," kata Erik.

Selain itu, perlambatan inflasi AS dan pemangkasan suku bunga acuan yang terjadi di Eropa dan Kanada pada bulan Juni, mendorong harapan pelaku pasar bahwa The Fed dapat memangkas suku bunga sebanyak 2 kali tahun ini. 

Baca Juga: Yield US Treasury 10 Tahun Naik, Kurs Rupiah Dibuka Melemah Pagi Ini

Meskipun dari dot plot projection terbaru, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak 1 kali tahun ini. Jika The Fed menjadi lebih dovish dengan memangkas lebih banyak suku bunga tahun ini dari target mereka, dapat mendorong kenaikan pada pasar saham maupun pendapatan tetap.

Managing Partner Bareksa Prioritas Citra Putri mengingatkan bahwa meskipun prospeknya positif, investor tetap perlu mempertimbangkan beberapa hal sebelum berinvestasi di reksadana.

"Pertama, investor perlu mengenali profil risiko dan tujuan investasi masing-masing agar sesuai dengan produk reksadana yang cocok," kata Citra. 

Kedua, investor juga disarankan melakukan diversifikasi kelas aset untuk meminimalkan risiko. Terakhir, investasi sebaiknya untuk jangka panjang agar dapat merasakan keuntungan yang lebih optimal. 

Reksadana secara umum bisa menjadi instrumen yang bertujuan menjaga nilai dana investasi dari inflasi. Dengan memahami peluang di pasar dan bagaimana mengelola investasi, investor dapat memanfaatkan kebijakan suku bunga acuan stabil untuk memaksimalkan keuntungan dari reksadana. 

Selanjutnya: 2 Faktor Ini Bikin Jumlah Kunjungan Wisman Naik 7,36% pada Mei 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News