MOMSMONEY.ID - Kementerian Kesehatan menambah regimen vaksin Indovac sebagai booster kedua untuk vaksin primer Pfizer selain vaksin AstraZeneca. Tujuannya, untuk memperkuat proteksi masyarakat dari Covid-19 khususnya subvarian Arcturus.
Kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan, menembus angka 2.000 per hari.
"Agar pandemi dapat terus terkendali, pemerintah menambahkan jenis vaksin booster untuk meningkatkan proteksi masyarakat dari COVID-19, terutama bagi masyarakat rentan," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, Jumat (28/4).
Kendati subvarian Arcturus atau XBB. 1.16 saat ini belum menimbulkan lonjakan kasus di Indonesia, masyarakat tetap diminta untuk waspada.
Mengingat, Indonesia memiliki pola kenaikan kasus yang sama dengan India setiap ada varian baru Covid-19. Apalagi, saat ini India dan Singapura merupakan dua negara dengan proporsi subvarian Arcturus tertinggi di dunia.
"Kalau kita trace lagi ke belakang, kurang lebih polanya sama dengan di India, ada varian baru, terjadi lonjakan kasus," ungkap Syahril.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Harian di Indonesia Tembus 2.000, Ini Penyebabnya Menurut Kemenkes
Penambahan regimen vaksin Indovac tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor IM.02.04/C/2034/2023 tanggal 23 April 2023.
Penambahan regimen vaksinasi Covid-19 dosis lanjutan atau booster bagi sasaran yang mendapat vaksin primer Pfizer.
Vaksin booster kedua Indovac diberikan dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml. Vaksin booster Indovac ini diberikan dengan interval 6 bulan sejak vaksinasi dosis booster pertama.
Pemberian vaksin dosis booster kedua Indovac bagi masyarakat umum dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau di pos pelayanan vaksinasi Covid-19.
Saat ini regimen dosis lanjutan atau booster yang dapat diberikan sebanyak 24 kombinasi, yaitu:
Baca Juga: Kenali Gejala Varian Baru Arcturus yang Picu Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia
Kombinasi untuk vaksin primer Sinovac
- AstraZeneca separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml
- Pfizer separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml
- Moderna dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Sinopharm dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Sinovac dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Zifivax dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Indovac dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Indovac dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
Kombinasi untuk vaksin Primer AstraZeneca
- Moderna separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml
- Pfizer separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml
- Astra Zeneca dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Indovac dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
Kombinasi untuk vaksin Pimer Pfizer
- Pfizer dosis penuh (full dose) atau 0,3 ml
- Moderna separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml
- Astra Zeneca dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Indovac dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
Kombinasi untuk vaksin Primer Moderna
- Moderna separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml
- Pfizer separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml
Kombinasi untuk vaksin Primer Janssen (J&J)
- Janssen (J&J) dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Pfizer dosis penuh (full dose) atau 0,3 ml
- Moderna separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml
Baca Juga: Waspada! Virus Flu Burung yang Mematikan Makin Menyebar dan Infeksi Manusia
Kombinasi untuk vaksin Primer Sinopharm
- Sinopharm dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
- Zifivax dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
Kombinasi untuk vaksin Primer Covovax
- Covovax dosis penuh (full dose) atau 0,5 ml
Sesuai dengan SE, pemberian booster dilakukan melalui dua mekanisme.
Pertama, Homolog, melalui pemberian dosis lanjutan dengan menggunakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya.
Kedua, Heterolog, melalui pemberian dosis lanjutan dengan menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya.
Vaksin yang digunakan untuk booster disesuaikan dengan ketersediaan vaksin masing-masing daerah, dengan mengutamakan vaksin yang memiliki masa expiry date (ED) terdekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News