MOMSMONEY.ID - Enam dari sepuluh pemimpin perusahaan mengakui adanya penurunan keterlibatan (engagement) karyawan dengan sistem kerja hibrida. Dalam upaya mengatasi tantangan baru tersebut, para pemimpin perusahaan melihat implementasi kecerdasan buatan atawa artificial intelligence (AI) bisa bantu meningkatkan produktivitas karyawan.
Platform pertemuan online Zoom, Kamis (22/8), merilis survei mengenai sistem kerja hibrida dalam tajuk Menavigasi Masa Depan Pekerjaan: Perspektif Global tentang Model dan Teknologi Hibrida. Hasil survei menunjukkan enam dari sepuluh pemimpim perusahaan mengakui adanya penurunan engagement karyawan dengan sistem kerja hibrida.
"Para pemimpin perusahaan saat ini dihadapkan oleh tantangan baru dalam menemukan pola kerja hibrida yang paling sesuai, sambil menyesuaikan dengan kebutuhan karyawan yang terus berkembang lintas generasi, serta dampak dari teknologi yang berkembang dengan pesat seperti kecerdasan buatan (AI)," kata Ricky Kapur Head of Asia Pacific Zoom.
Dalam riset ini juga dijelaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) menjadi perangkat yang sangat penting untuk membantu karyawan berkolaborasi dengan lebih baik dan merasa lebih terhubung dengan satu sama lain.
Untuk mempersiapkan diri dalam menyambut gaya kerja di masa depan, studi ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu menyempurnakan teknologi yang mereka gunakan saat ini. Sebagian besar karyawan (81%) setuju bahwa perangkat dan teknologi yang saat ini digunakan perusahaan untuk bekerja jarak jauh masih perlu ditingkatkan. Angka yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain yang disurvei, seperti Amerika Utara (79%) dan Eropa Barat (65%).
AI generatif telah muncul sebagai perangkat utama yang mendukung produktivitas dan pengalaman karyawan secara keseluruhan di era gaya kerja hibrida. Studi ini menemukan bahwa tingkat penggunaan tertinggi untuk perangkat transkripsi atau rangkuman berbasis AI berada di Asia Pasifik (53%), dibandingkan dengan Amerika Utara (40%) dan Eropa Barat (38%). Demikian juga dengan chatbot yang paling banyak digunakan di Asia Pasifik (59%), diikuti dengan Amerika Utara (52%) dan Eropa Barat (58%).
Sejumlah perusahaan telah merasakan manfaat dari penggunaan AI, di mana 85% pemimpin perusahaan di Asia Pasifik percaya bahwa AI generatif telah membuat karyawan menjadi lebih produktif. Sejalan dengan hal ini, sebanyak 69% karyawan di Asia Pasifik pun setuju bahwa AI generatif mempermudah pekerjaan mereka.
Baca Juga: Atasi Downtime, Simak Strategi Ini Agar Hybrid Meeting Berjalan Lancar
Masih berdasarkan survei tersebut, terdapat kendala yang signifikan dalam penerapan AI generatif bagi karyawan di Asia Pasifik:
- 70% karyawan meyakini bahwa AI generatif membutuhkan proses pembelajaran yang panjang.
- 63% karyawan belum merasa nyaman dengan AI generatif.
- 55% karyawan khawatir bahwa AI generatif akan berdampak negatif terhadap pekerjaan atau jabatan mereka.
Saat ini, AI generatif diprediksi akan memberikan dampak besar pada cara bekerja di masa depan. Para pemimpin perusahaan dan karyawan mungkin memiliki pendapat dan kekhawatiran yang berbeda. Namun keduanya sepakat bahwa teknologi ini adalah bagian dari masa depan.
Ke depannya, diperlukan peningkatan edukasi mengenai manfaat, contoh penggunaan, dan bagaimana mereka dapat mengurangi risiko sebelum perusahaan dapat sepenuhnya memanfaatkan AI untuk para karyawannya.
“Meskipun studi kami menunjukkan bahwa para pemimpin perusahaan di Asia Pasifik menyadari manfaat produktivitas untuk karyawannya dengan mengadopsi AI di tempat kerja, banyak dari mereka yang belum memanfaatkan AI dengan maksimal," kata Kapur.
Seiring dengan upaya perusahaan untuk mengurangi gangguan dalam transisi menuju gaya kerja hibrida, AI menjadi perangkat penting untuk membantu karyawan berkolaborasi dengan lebih baik dan lebih terhubung satu sama lain.
Selain keunggulan dalam hal produktivitas, para pemimpin perusahaan juga perlu mencari tahu berbagai contoh penggunaan AI untuk merangkul, menyampaikan informasi, dan menghubungkan para karyawan. "Hal ini akan menjadi kunci untuk membangun dan mempertahankan budaya perusahaan di tengah dinamika tempat kerja yang terus berkembang,” tambah Kapur.
Menyempurnakan engagement kerja melalui masukan dari karyawan. Meski gaya kerja hibrida mendominasi, 77% pemimpin perusahaan di Asia Pasifik mengatakan bahwa kemungkinan besar perusahaan mereka akan mengubah gaya kerja mereka dalam dua tahun mendatang. Secara global, angka ini mencapai 75%.
Kesimpulannya, kesuksesan dalam membangun lingkungan kerja yang siap menghadapi masa depan mengharuskan perusahaan untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan aspirasi dan kebutuhan karyawan yang terus berkembang. Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki teknologi yang dapat beradaptasi dan berkembang, termasuk perangkat AI yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan.
Baca Juga: Rekomendasi 3 Pekerjaan WFH yang Dicari Perusahaan Dunia
Dengan kata lain, guna mencapai keberhasilan di masa depan, perusahaan perlu mengutamakan engagement dan pengalaman kerja karyawan saat mereka menerapkan fleksibilitas di tempat kerja.
Ricky mengatakan baiknya perusahaan-perusahaan untuk menerapkan pola pikir yang mengutamakan AI untuk meningkatkan kualitas pengalaman karyawan secara menyeluruh. Melalui pola pikir tersebut dan kesuksesan implementasi AI di lingkungan kerja, perusahaan tak hanya meningkatkan produktivitas karyawan, namun turut membina kepercayaan dalam budaya perusahaan.
Ricky Kapur pun menyimpulkan banyak perusahaan yang masih berupaya keras untuk menyediakan platform komunikasi dan kolaborasi yang cocok untuk beragam generasi. Dalam mewujudkan kebahagiaan dan produktivitas, perusahaan memerlukan perangkat yang mampu membina kekuatan relasi dan kepercayaan karyawan. Beradaptasi dan merangkul teknologi baru menjadi hal penting untuk mendukung karyawan yang dinamis, beragam, dan tangguh di era digital ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News