MOMSMONEY.ID - Memperingati Pekan Glaukoma Sedunia, JEC menggelar aktivitas gerakan sadar glaukoma kepada masyarakat.
Tapi, tahukah Anda mengenai kondisi Glaukoma? Glaukoma merupakan kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan.
Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapa pun. Namun, seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas. Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.
Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen.
Di negara berkembang, 90% kasus glaukoma tidak terdeteksi. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena distribusi yang tidak merata.
Baca Juga: Usai Caplok RSGK, Kini SAME Akuisisi 28 Persen Saham Jakarta Eye Center JEC
Prof. DR. Dr. Widya Artini Wiyogo, SpM(K), Head of Glaucoma Service, JEC Group, mengatakan, diperkirakan pada 2020, penderita glaukoma sedunia 80 juta orang.
Estimasi dari perkembangan grafik, pada 2040, hampir 111.8 juta penduduk yang akan menderita glaukoma, dan 8 juta d iantaranya akan mengalami kebutaan.
Tentu saja, ini bukan angka yang sedikit. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi glaukoma di Indonesia diperkirakan sebesar 0,46%, atau setara 4-5 orang tiap 1.000 penduduk.
Prof. Widya menambahkan, 80% kasus glaukoma tidak memiliki gejala, kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining.
Tapi, jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba- tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada. Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2 x 24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen.
"Oleh karenanya, JEC Group terus berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya glaukoma dan pentingnya deteksi dini glaukoma. Sehingga, kami selalu menghimbau agar masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala," tutur Prof. Widya.
Baca Juga: Gerakkan Kesehatan Mata, JEC Lakukan Operasi Mata Juling
Dalam rangka memperingati Pekan Glaukoma Sedunia pada 10-16 Maret 2024, JEC Group menyelenggarakan berbagai kegiatan dengan tema Gerakan Sadar Glaukoma: Guna Menyelamatkan Kualitas Hidup Kita.
Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terkait penyakit glaukoma yang tidak dapat direhabilitasi dan upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi glaukoma sedini mungkin.
Kegiatan yang dilakukan JEC Group di antaranya Radio Talkshow tentang Gerakan Sadar Glaukoma Guna Menyelamatkan Penglihatan dan Kualitas Hidup, Seminar Dokter Umum tentang Tantangan Diagnosa Glaukoma di Masyarakat, Skrining Tekanan Bola Mata Gratis untuk masyarakat luas.
Ada juga aktivitas Edukasi Masyarakat melalui program Internal Customer Discussion, yaitu edukasi di ruang tunggu RS/Klinik oleh Patient Education Center juga video edukasi tentang glaukoma dari para ahli.
Dan, JEC Podcast tentang kesadaran akan glaukoma sebagai penyakit mata kebutaan nomor dua di dunia yang tidak dapat disembuhkan, namun bisa dicegah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News