MOMSMONEY.ID - Sebagian besar pasar percaya bahwa situasi pasar keuangan akan berangsur menjadi lebih positif menjelang akhir tahun. Caroline Rusli, CFA Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia juga berpandangan serupa.
Berdasarkan keterangan tertulis, Senin (19/6), Caroline berpandangan bahwa volatilitas pasar akan cenderung tinggi selama paruh pertama dan beralih menjadi lebih positif menjelang akhir tahun terutama ketika The Fed sudah mencapai puncak suku bunganya.
Setidaknya ada beberapa tema utama global yang akan cukup menonjol di paruh kedua yaitu:
Mayoritas bank sentral dunia telah mencapai puncak suku bunga.
Seiring dengan meredanya inflasi global ke depannya perhatian akan beralih menjadi kapan bank sentral dapat mulai memangkas suku bunga guna mendorong perekonomian. Periode pemangkasan diperkirakan akan berbeda-beda di tiap negara, bergantung pada dinamika kondisi ekonomi dan mandat bank sentral di masing-masing negara.
Tekanan pada ekonomi Amerika Serikat semakin terasa.
Beberapa indikator ekonomi menunjukkan tekanan di berbagai sektor, bahkan indeks keyakinan dunia usaha sudah di posisi lebih rendah dari periode pandemi. Konsensus memperkirakan akan terjadi resesi di paruh kedua. Namun resesi yang terjadi diperkirakan ringan karena masih tertopang oleh konsumsi masyarakat dan sektor tenaga kerja yang relatif kuat.
Suku bunga bukan satu-satunya alat yang digunakan The Fed dalam memitigasi volatilitas pasar.
Meningkatnya volatilitas di sektor keuangan tidak serta merta membuat The Fed untuk menurunkan suku bunga, mereka memiliki ‘alat’ lain untuk memitigasi kondisi di luar risiko sistemik apalagi melihat inflasi di sektor jasa yang masih cukup persisten.
Perbedaan pertumbuhan ekonomi Asia dengan negara maju akan semakin mencolok.
Pulihnya aktivitas domestik dan meningkatnya perdagangan intra-Asia menjadi bantalan bagi ekonomi Asia di tengah melambatnya permintaan dari kawasan negara maju. Inflasi Asia yang lebih rendah memberi ruang kebijakan bank sentral untuk menopang ekonomi.
Baca Juga: Ekonom Kompak Prediksikan BI akan Menahan Suku Bunga Acuan 5,75%
Sebelumnya di kuartal pertama perekonomian China tumbuh cukup baik. Momentum pemulihan ekonomi ditunjukkan oleh PDB kuartal pertama yang tumbuh 4,5% YoY, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi 4,0%. Namun akhir-akhir ini kondisi ekonomi menunjukkan data yang variatif. Sektor yang berhubungan dengan ekonomi domestik menunjukkan pemulihan sementara sektor yang berhubungan dengan aktivitas eksternal menunjukkan pelemahan. Meski pent-up demand pasca pandemi masih memberikan momentum pemulihan yang baik, tetapi pelemahan sektor manufaktur yang berkepanjangan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pertumbuhan upah pekerja yang pada ujungnya bisa berdampak pada kemampuan konsumsi masyarakat.
Itulah sebabnya pemerintah China mengindikasikan postur kebijakan yang pro-pertumbuhan lewat pelonggaran kebijakan moneter dan stimulus yang lebih terarah untuk mendukung konsumsi masyarakat dan sektor manufaktur.
Baca Juga: Peluang Pasar Obligasi di Akhir Siklus Kenaikan Suku Bunga
Sementara, di tengah kondisi global yang masih tidak menentu, Indonesia menawarkan stabilitas dan kondisi perekonomian yang terjaga baik. Outlook pasar keuangan Indonesia diharapkan akan menjadi semakin positif didukung oleh beberapa tema utama di paruh kedua yaitu:
Terbukanya ruang penyesuaian suku bunga.
Setelah selama paruh pertama kebijakan moneter cenderung berfokus pada stabilitas, di paruh kedua peluang penyesuaian kebijakan yang lebih akomodatif terbuka seiring dengan suku bunga The Fed memuncak, inflasi mereda, selisih suku bunga riil tinggi dan nilai tukar rupiah yang kuat. Perkembangan inflasi domestik dari kegiatan yang berkaitan dengan pemilu, serta perkembangan inflasi AS menjadi faktor yang mempengaruhi lintasan kebijakan moneter BI.
Potensi defisit fiskal dan pembiayaan pemerintah yang lebih baik.
Didukung pendapatan yang kuat, surplus anggaran Indonesia sepanjang empat bulan pertama di tahun ini melebar ke rekor tertinggi sebesar 1,1% dari PDB. Perkiraan defisit anggaran tahun ini yang lebih rendah berpotensi mengurangi penerbitan obligasi.
Kerentanan eksternal yang relatif lebih rendah.
Disiplin fiskal dan pasar domestik yang besar mengurangi kerentanan Indonesia terhadap perubahan eksternal. Deglobalisasi dan polarisasi dunia menguntungkan negara dengan situasi geopolitik yang relatif stabil seperti Indonesia. Meningkatnya perhatian pada aspek lingkungan, sosial dan tata kelola menguntungkan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasokan energi terbarukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News