MOMSMONEY.ID - Diantara sekian banyak pulau di Indonesia, Bali tetap menjadi tujuan wisata yang paling diminati. Hal ini memantapkan pemerintah untuk memanfaatkan daya tarik unik dari Pulau Dewata, termasuk di sektor properti.
Berbeda dari Ibukota Jakarta yang pasar propertinya didominasi hunian jangka panjang dan area komersial seperti rumah, apartemen, mal, dan pusat bisnis, lanskap properti Bali berfokus pada sektor perhotelan, khususnya pengembangan villa dan hotel.
Tahun ini, sektor properti Bali diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif, didorong oleh kondisi ekonomi yang kondusif dan menjanjikan. Menurut pengembang properti sekaligus pemilik Alex Villas, Alex Shtefan pulau Bali sedang mengalami perubahan lanskap properti yang signifikan.
Kawasan-kawasan yang menarik turis kata Alex tidak hanya berada di area-area yang sudah terkenal sebelumnya seperti Kuta, Ubud, Sanur, Seminyak, Canggu, dan Uluwatu. Minat para wisatawan kini merambah ke bagian barat Bali, termasuk Seseh, Kedungu, Cemagi, dan Tabanan.
''Perluasan area ini memberikan peluang baru bagi sektor properti dan menambah pilihan wisata bagi para pengunjung yang ingin menjelajahi bagian-bagian Bali yang jarang dikunjungi," kata Alex dalam keterangan yang diterima Momsmoney.
Baca Juga: Gencarkan Perjalanan Liburan, tiket.com Kembali Hadirkan Online Tiket Week
Mordor Intelligence melaporkan bahwa pada tahun 2023, pasar properti residensial Indonesia bernilai sekitar US$ 67 miliar , dan diperkirakan pada tahun 2024 akan mencapai US$ 72 miliar, atau tumbuh sekitar hampir 8%. Di tahun 2029 bahkan diramalkan akan mencapai US$ 105,7 miliar.
Perkembangan positif pada sektor properti Bali ini tidak hanya dipicu oleh kemunculan kawasan-kawasan baru, regulasi pemerintah dan rencana perkembangan infrastruktur turut memainkan peranan penting.
Bali, yang saat ini menempati posisi teratas sebagai tujuan wisata di website perjalanan TripAdvisor, menyambut lebih dari 15 juta wisatawan (domestik dan mancanegara) pada tahun 2023, melebihi target pemerintah Indonesia. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2024, dan tentunya berkontribusi pada prospek gemilang pasar properti Bali.
Tak hanya itu, Alex memandang Pemerintah juga mengeluarkan program Golden visa yang memungkinkan investor asing untuk tinggal selama 5-10 tahun di Indonesia. Secara bersamaan, pemerintah juga berkomitmen memperkuat infrastruktur pulau tersebut dengan perencanaan pembangunan jalan tol baru yang menghubungkan Gilimanuk ke Mengwi, dan pengembangan kereta bawah tanah (LRT) yang menghubungkan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ke area wisata seperti, Kuta, Seminyak, dan sekitarnya.
Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk memperkuat sektor properti Bali dengan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas secara keseluruhan di Pulau Dewata.
Baca Juga: Diskon Hingga 50%, Simak Rekomendasi Liburan ala Online Ticket Week dari Tiket.com
Regulasi dan rencana pemerintah ini berpotensi mengubah tatanan sektor properti Bali. Wisatawan asing kini mencari properti untuk jangka waktu yang lebih panjang, dan jarak yang dekat ke bandara bukan lagi menjadi pertimbangan utama. Dan sebagai pengembang properti, Alex mengaku sangat antusias dengan langkah-langkah pemerintah ini, dan berusaha aktif berpartisipasi demi memastikan operasi bisnis selaras dengan iklim positif ini.
''Industri properti Bali sangat unik dan membutuhkan pemahaman mendalam akan masyarakat dan dinamika lokal supaya bisa berkembang secara harmonis. Dalam upaya pengembangan bisnis, kami memastikan properti kami menghormati semua aspek Bali yaitu sosial, budaya, dan lingkungan," ujar Alex.
Menurut Alex, pada tahun 2023 terdapat lebih dari 500 pengembang properti yang terdaftar di Bali. Angka ini termasuk tinggi dan dapat menjadi ancaman bagi pasar properti Bali.
Pasalnya, jika para pengembang tidak sepenuhnya memahami pasar lokal, termasuk regulasi dan budaya, serta biaya aktual pembangunan per meter persegi maka akan ada banyak pengembang yang proyek propertinya mangkrak atau tertunda, dan beberapa diantaranya menjanjikan imbal hasil investasi yang tidak realistis.
Alex mencatat investasi properti di Bali biasanya mulai memberikan imbal hasil yang menguntungkan setelah 5-7 tahun, dan ini berlaku untuk properti seharga mulai dari Rp 3 miliar. Setelah itu, investor umumnya menikmati pendapatan sebesar 15-20% per tahunnya. Namun, angka ini dapat menurun secara signifikan jika investor salah memilih pengembang properti, yang dapat mengarah pada hasil investasi yang tidak menguntungkan.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun harga properti di Bali dapat berfluktuasi, harga tanah umumnya tetap stabil. Kata Alex gangguan apapun yang terjadi di pasar dapat berpotensi mengikis kepercayaan investor asing, khususnya dari Timur Tengah, yang telah menunjukkan ketertarikan terhadap prospek ekonomi Indonesia, khususnya pada sektor wisata di Bali yang menjanjikan.
''Mendorong industri properti di Bali untuk terus maju merupakan tanggung jawab bersama," tegas Alex.
Baca Juga: HUT ke-12, Traveloka Berikan Kejutan Diskon Tambahan 29% Hotel Mewah di Seluruh Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News