InvesYuk

JP Morgan Tetapkan Target IHSG 8.600, Simak Pertimbangan dan Rekomendasi Sahamnya!

JP Morgan Tetapkan Target IHSG 8.600, Simak Pertimbangan dan Rekomendasi Sahamnya!
Reporter: Sanny Cicilia  |  Editor: Sanny Cicilia


MOMSMONEY.ID - Valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah murah dan bauran strategi pemerintah-Bank Indonesia untuk mendorong perekonomian, diharapkan bisa berimbas positif pada pasar saham. Tekanan jual oleh asing yang mulai mereda juga menjadi alasan JP Morgan mengerek target IHSG dalam periode 12 bulan ke depan atau next twelve month (NTM). 

Dalam laporan Indonesia Equity Strategy tanggal 27 September 2025, JP Morgan membuat tiga skenario. 

Dalam skenario dasar (base case), JP Morgan berasumsi kinerja laba emiten 2026 bisa kembali ke level tahun 2024, ditopang oleh pengeluaran pemerintah lebih besar, likuiditas lebih moderat, dan kurs lebih stabil. 

Dengan asumsi valuasi lebih tinggi yaitu price to earning (PER) 13x untuk mencerminkan potensi upside dari kembalinya dana asing ke pasar emerging, JP Morgan menetapkan target dasar IHSG 8.600 dan Indeks MSCI Indonesia (MXID) di level 6.700. Sebelumnya, JP Morgan menetapkan target MXID lebih rendah yaitu 6.100. 

Sebagai gambaran, IHSG berada di level 8.061 dan MXID di 6.138 pada akhir September (30/9). Bahkan, IHSG sempat menyentuh rekor 8.125.

Ini artinya, ada potensi kenaikan 6,6% lagi untuk IHSG dan kenaikan sampai 9% untuk MXID untuk mencapai target tersebut. 

Dalam skenario kedua, optimistis (bull case) JP Morgan menetapkan target IHSG 9.000 dan MXID 7.000. Perkiraan ini jika terjadi pertumbuhan EPS 5% di tahun 2026 dibanding 2025, didukung oleh pengeluaran pemerintah, konsumsi masyarakat membaik, penguatan rupiah ke level Rp 16.200 - Rp 16.300 per dollar AS, serta kembalinya arus dana asing ke pasar emergin. 

Namun, ada skenario turun (bear case), dengan proyeksi IHSG bisa ke 6.600 dan MXID ke 5.100. Risiko ini bisa terjadi jika malah ada penurunan 5% EPS 2026 dibanding 2024, pengeluaran dan pendapatan pemerintah yang lesu, dan kelanjutan pelemahan daya beli masyarakat. PER IHSG diperkirakan turun ke 10,5x. 

Pertimbangan JP Morgan

Bukan tanpa alasan JP Morgan mengerek target indeks saham tersebut. Selain IHSG, Indeks MXID digunakan karena dianggap lebih merefleksikan ketidakpastian di market Indonesia dan laba emiten (earning per share) EPS 2025. 

Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Henry Wibowo menyebut, sampai laporan ini dibuat pada 27 September 2025, ada kenaikan berarti di indeks-indeks saham ini. 

IHSG sudah naik 27% dalam enam bulan terakhir (naik 21% sampai akhir 2025). Bahkan, IHSG sempat menyentuh rekor 8.125. Sementara itu, MXID tercatat naik sekitar 5%. 

Kenaikan performa indeks saham tersebut terutama ditopang oleh investor ritel dan domestik. Bahkan, porsi segmen ini mencapai 50%-52% dari perdagangan pada Juli dan Agustus, tertinggi sejak Maret 2022. Dengan peran ritel domestik, IHSG bisa menguat meski investor asing tercatat keluar. 

Dalam enam bulan terakhir, nilai jual bersih asing atau net foreign sell tercatat sebesar Rp 27 triliun. Tekanan jual ini terlihat mereda, mengingat dalam tiga bulan terakhir, net sell sebesar Rp 7,3 triliun.

Karena itu, JP Morgan melihat, potensi kembalinya dana asing ke pasar emerging market bisa menjadi dasar re-rating kembali IHSG. Apalagi, valuasi IHSG sudah tak mahal, yaitu dengan proyeksi 12 bulan ke depan sebesar 12x P/E. Angka ini sekitar 1,5 standar deviasi di bawah rata-rata historis 10 tahun terakhir. 

Perbaikan makroekonomi

JP Morgan melihat, situasi makroekonomi Indonesia lebih mendukung. Antara lain, Bank Indonesia sudah memangkas 125 basis poin bunga acuan sepanjang tahun ini, termasuk 25 bps pemotongan yang mengejutkan di September. 
 
Henry bahkan melihat ada ruang pemangkasan kembali bunga 2 kali 25 bps lagi pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Oktober dan November mendatang. 

Pendukung makroekonomi juga adalah penggunaan dana pemerintah belum digunakan atau saldo anggaran lebih (SAL) yang dialirkan kepada bank-bank BUMN.

Memang, indikator dari pemerintah belum memuaskan, seperti pendapatan pemerintah per Agustus 2025 masih turun sebesar 8% year on year sementara pengeluaran naik pelan 1,5% YoY. 

"Namun, Menteri Keuangan baru Purbaya telah mengumumkan lima program 'quick wins' yang bisa mendorong situasi fiskal dalam satu-dua kuartal ke depan," tulis Henry. 

Bukan hanya ada pelonggaran kebijakan dan moneter di Indonesia, JP Morgan juga melihat ada pelonggaran global yang mendorong ketertarikan pada saham-saham di pasar Asia.  

"Risiko yang perlu tetap diawasi adalah pelemahan rupiah, yang sampai 2% sejak pemangkasan bunga September," kata Henry. 

Sektor dan saham pilihan

Pandangan JP Morgan terhadap IHSG keseluruhan masih tetap netral. Namun, sejumlah sektor mendapat catatan khusus. Misalnya, sektor industrial dinaikkan menjadi overweight (dari sebelumnya netral). Sektor energi turun menjadi underweight seiring potensi pelemahan suplai dan permintaan batubara. 

Selain itu, rating overweight untuk saham-saham konsumer seiring upaya pemerintah mendorong daya beli. Saham-saham pilihan JP Morgan BBCA, AMRT,ICBP, MAPI, ISAT, termasuk GOTO

JP Morgan juga memilih saham-saham yang sensitif bunga seperti ASII, CTRA, PWON, dan terkait emas yaitu ANTM

Selanjutnya: PMI Manufaktur Jepang Turun ke 48,5 pada September 2025, Sinyal Kontraksi Berlanjut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News