MOMSMONEY.ID - Kinerja indeks bertema lingkungan, sosial, dan tata kelola atau ESG terlihat berjalan lambat sepanjang tahun 2025. Kinerjanya belum mengimbangi langkah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Selasa (30/12), IHSG mencetak pertumbuhan 22,13% sepanjang tahun ini.
Sementara, indeks-indeks yang bertema environmental, social, and governance (ESG) mencatat kenaikan, tetapi tak segesit IHSG.
Misalnya Indeks Sri Kehati yang mencetak kenaikan 2,02%. Indeks lainnya yaitu ESG Sector Leaders IDX Kehati tumbuh 2,52% dan ESG Q45 IDX Kehati naik 1,41%.
Sedangkan Indeks IDX ESG Leaders naik 2,67%.
Indeks Sri Kehati berisi 25 saham yang dinilai memiliki kinerja yang baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola yang baik atau sustainable and responsible investment (SRI). Indeks Sri Kehati dikelola bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati).
Sedangkan Indeks ESG Leaders juga berisi saham dengan ESG yang baik dan tidak terlibat kontroversi secara signifikan, serta memiliki kinerja keuangan yang baik.
Penilaian ESG dalam Indeks ESG Leaders dilakukan oleh Sustainalytics.
Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menilai, kinerja indeks ESG lagging dibanding IHSG lantaran saham alpha creator 2025 bukan di indeks ESG.
Menurut dia, kenaikan IHSG tahun ini banyak didorong oleh saham-saham komoditas energi tradisional (non-renewable), emiten grup konglomerasi tertentu yang agresif, serta saham second liner yang naik tinggi tapi belum lolos screening ESG.
Adapun Indeks ESG Leaders punya performa lebih baik ketimbang Sri Kehati karena di dalamnya lebih banyak memasukkan saham sektor teknologi dan infrastruktur telekomunikasi.
Prospek 2026
Meski begitu, Wafi cukup optimistis saham-saham ESG lebih kuat di tahun 2026. Optimisme dia datang dari potensi masuknya dana asing ke bursa.
Dalam tiga bulan terakhir, asing mulai masuk kembali ke pasar saham. Ini terlihat dari nilai beli bersih atau net foreign buy Rp 3,55 triliun.
Sementara sepanjang tahun ini, masih tercatat asing keluar dengan nilai jual bersih atau net sell Rp 42,34 triliun.
Menurut Wafi, likuiditas akan lebih longgar seiring dengan potensi penurunan suku bunga global lebih lanjut.
"Saat suku bunga global turun, asing masuk pertama ke basket saham ESG atau ESGL karena mandat investasi global, mereka wajib ESG," ujar Wafi.
Penggerak utama bakal balik lagi ke saham bank besar. Sedangkan berbaliknya atau rebound saham yang sensitif bunga seperti saham telekomunikasi dan teknologi, akan mempengaruhi Indeks ESG karena bobotnya lumayan besar.
Indeks ESG ini bisa menjadi panduan bagi investor untuk memilih emiten yang menerapkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam strategi bisnisnya.
Dengan daya tariknya, saham-saham ESG masih patut untuk masuk list investasi. Jika tertarik saham-saham ini, Wafi menyarankan mencari saham dengan skor ESG yang tinggi, tetapi valuasinya masih diskon.
"Jangan beli hanya karena label ESG, tetapi liat juga pertumbuhan kinerja keuangannya atau earning growth," kata Wafi.
Menurut dia, saham BMRI dan BBRI wajib dimiliki sebagai proxy inflow dana asing. Saham TLKM juga menarik karena valuasinya sudah diskon dalam. Saham ASII punya sentimen transisi kendaraan listrik (EV) dan hybrid yang kuat. Untuk emiten yang intinya bergerak di energi hijau, saham PGEO menurut Wafi menarik untuk akumulasi jangka panjang.
Sekadar informasi, dalam Indeks Sri Kehati, sektor yang mendapat porsi terbesar yaitu perbankan besar dengan bobot 46,42%, diikuti sektor industrial 19,42% dan saham non-siklikal sebesar 8%.
Dalam Indeks ESG Leaders, saham big banks punya bobot 52% dari indeks, diikuti sektor infrastruktur 23%, dan teknologi sampai 13%.
Saham-saham yang masuk indeks ESG antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Indonesia Tbk (BMRI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
Selanjutnya: Prospek IHSG 2026: Konsolidasi Berlanjut, Ruang Kenaikan Terbatas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News