MOMSMONEY.ID - Kenaikan harga rumah di Indonesia jadi tantangan besar bagi anak muda yang pengen punya tempat tinggal sendiri. Berikut 5 strategi ampuh yang bisa dicoba!
Menurut Media Keuangan Kemenkeu, salah satu penyebabnya adalah efek domino dari inflasi dan tren kenaikan suku bunga acuan global. Namun, di tengah harga rumah yang terus melambung, masih ada cara cerdas agar generasi muda bisa mewujudkan impian memiliki rumah.
Inflasi dorong kenaikan harga rumah
Kenaikan harga rumah saat ini tidak terlepas dari laju inflasi yang terus meningkat. Inflasi membuat harga bahan bangunan melambung, mulai dari semen hingga besi, sehingga otomatis berdampak pada harga jual rumah. Selain itu, kenaikan harga energi juga membuat biaya konstruksi jadi lebih mahal.
Kondisi ini tentu semakin menyulitkan anak muda untuk membeli properti. Banyak yang akhirnya harus menunda atau mengubah rencana pembelian rumah karena daya beli yang tidak sebanding dengan harga pasar. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi harga hunian.
Baca Juga: Cara Mendukung Usaha Kecil di Tengah Pengeluaran Bulanan yang Ketat
Harapan hidup meningkat, permintaan ikut naik
Data Badan Pusat Statistik mencatat angka harapan hidup masyarakat Indonesia meningkat menjadi 73,5 tahun di 2021. Ini berarti, kebutuhan akan tempat tinggal jangka panjang juga meningkat. Permintaan rumah pun melonjak karena masyarakat ingin hidup nyaman hingga usia lanjut.
Sayangnya, peningkatan permintaan ini tidak diimbangi dengan pasokan rumah yang memadai. Akibatnya, harga rumah terus naik karena hukum dasar ekonomi: permintaan lebih tinggi dari penawaran. Inilah salah satu tantangan besar bagi anak muda di era sekarang.
Pembangunan infrastruktur dorong harga properti
Pertumbuhan infrastruktur yang masif ikut mendorong lonjakan harga rumah, terutama di kawasan strategis. Ketika ada jalan tol baru, stasiun LRT, atau fasilitas umum, harga tanah dan rumah di sekitarnya otomatis ikut terdongkrak. Hal ini menjadi berkah bagi pemilik lahan, namun beban baru bagi calon pembeli rumah.
Meski niatnya baik untuk meningkatkan konektivitas, dampak jangka pendeknya justru membuat hunian jadi semakin mahal. Anak muda pun harus lebih jeli memilih lokasi rumah yang terjangkau tapi tetap memiliki potensi berkembang ke depan.
Baca Juga: Ini Tips Bijak Menikmati Uang untuk Berfoya-foya dan Harus Berhemat di Tahun 2025
Cek kondisi keuangan sebelum berburu rumah
Sebelum membeli rumah, langkah paling krusial adalah memeriksa kondisi keuangan secara menyeluruh. Mulailah dengan membuat catatan pemasukan dan pengeluaran bulanan secara detail. Pastikan pengeluaran tidak melebihi pemasukan agar ada ruang untuk menabung.
Setelah itu, tentukan skala prioritas agar pengeluaran tetap terkendali. Jangan sampai hanya karena ingin beli rumah, kebutuhan penting lainnya seperti pendidikan, kesehatan, atau darurat jadi terabaikan. Rencana keuangan harus realistis dan fleksibel.
Susun anggaran dan disiplin dengan target
Langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran khusus untuk pembelian rumah. Pilih skema pembayaran yang paling cocok, misalnya KPR, kredit developer, atau sistem tabungan bertahap. Tentukan jumlah uang muka dan jangka waktu dengan cermat.
Jangan lupa untuk menetapkan target waktu dan nominal tabungan. Disiplin adalah kunci agar rencana bisa berjalan lancar. Jika memungkinkan, siapkan dana darurat dan lindungi diri dengan asuransi agar kondisi keuangan tetap stabil meski ada kejadian tak terduga.
Baca Juga: 6 Pelajaran Uang yang Perlu Diajarkan pada Anak TK di Tahun 2025
Anak muda tetap bisa beli rumah meski harga naik
Kenaikan harga rumah memang menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda saat ini. Namun, dengan memahami penyebabnya dan menerapkan strategi finansial yang tepat, impian untuk memiliki rumah sendiri tetap bisa terwujud. Anak muda harus lebih cermat, disiplin, dan tanggap terhadap dinamika harga rumah agar tidak tertinggal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News