BisnisYuk

Agar Data Tak Bocor, Berikut 5 Rekomendasi Palo Alto Networks

Agar Data Tak Bocor, Berikut 5 Rekomendasi Palo Alto Networks

MOMSMONEY.ID - Belakangan kasus kebocoran data pribadi marak terjadi. Adanya fenomena pembobolan data dapat merusak reputasi perusahaan secara permanen dan merusak kepercayaan terhadap organisasi yang terkena dampaknya, yang menyebabkan hilangnya bisnis dan potensi konsekuensi hukum.

Terdapat beberapa insiden pelanggaran data baru-baru ini di Indonesia, mulai dari dugaan kebocoran 337 juta catatan data pribadi hingga kebocoran data 35 juta pemegang paspor Indonesia. Jutaan catatan data pribadi orang telah disusupi dalam pelanggaran tersebut dan dijual di dark web.

Serangan penyamaran akan lebih sulit untuk diidentifikasi jika teknik penipuan dikombinasikan dengan data otentik. Karenanya, identitas curian yang memungkinkan pelaku kejahatan untuk melakukan penipuan dengan menggunakan identitas asli seseorang sangatlah populer di pasar dark net. 

Hal ini menekankan betapa pentingnya bagi organisasi untuk memiliki pendekatan pencegahan terjadinya kebocoran data. Dan pentingnya perusahaan dalam mengelola data pelanggan atau klien mereka dan konsekuensi yang memungkinkan jika mengabaikan aspek ini. 

Keamanan siber merupakan tanggung jawab bersama. Upaya kolaboratif sangat penting untuk memperkuat pertahanan terhadap ancaman siber serta meningkatkan ketahanan keamanan siber secara keseluruhan.

Baca Juga: Antisipasi Kebocoran Data Nasabah di Perbankan, OJK dan Bank Lakukan Mitigasi Risiko

Pemerintah pun telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi ancaman kebocoran data yang semakin meningkat di Indonesia dengan menerapkan Peraturan Presiden nomor 47 tahun 2023.

Berkaitan dengan hal tersebut, Adi Rusli, Country Manager Indonesia di Palo Alto Networks, menanggapi bahwa, perusahaan, pemerintah, dan penyedia infrastruktur vital perlu merevisi strategi keamanan siber mereka untuk mengatasi ancaman yang semakin canggih. Tak hanya itu, Adi menambahkan bahwa pentingnya memadukan pertahanan berbasis host dan jaringan. Sebab, dengan hanya mengandalkan pemantauan pada titik akhir, penyerang dapat dengan mudah menghindari deteksi.

"Organisasi juga perlu meningkatkan level penerapan langkah-langkah keamanan siber yang diperlukan, seperti halnya sistem pencegahan kehilangan data, untuk menutup segala bentuk kerentanan yang mungkin terdapat di dalam infrastruktur mereka," sebut Adi dalam keterangan resminya.

Palo Alto Networks pun merekomendasikan lima langkah penting yang dapat dilakukan oleh organisasi untuk memitigasi kebocoran data:

  1. Mengidentifikasi sumber pelanggaran: Dengan mengidentifikasi penyebab terjadinya suatu peretasan, akan membantu dalam menyesuaikan tindakan penanganan serta mencegah terjadinya peretasan serupa terulang kembali di lain waktu. Penting bagi organisasi/perusahaan untuk paham bahwa ancaman bisa datang dari pihak eksternal, seperti hacker, maupun dari pihak internal, seperti karyawan yang memiliki otorisasi akses yang tidak semestinya. 
  2. Menetapkan strategi penanggulangan serangan: Rencana tanggap insiden hendaknya komprehensif dan memuat garis besar atas tindakan yang perlu dilakukan jika terjadi pelanggaran data. Hal ini termasuk memiliki tim tanggap insiden khusus, protokol komunikasi yang jelas, serta prosedur untuk mengatasi dan memitigasi terjadinya serangan.
  3. Melakukan audit keamanan secara rutin: Mengkaji dan memperbaiki kerentanan dalam sistem dan proses di dalam perusahaan sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya kebocoran data. Hal ini mencakup melakukan penilaian risiko secara menyeluruh, memperbaiki kerentanan software, seperti software dan sistem yang sudah usang, dan menerapkan pengawasan keamanan yang ketat.
  4. Gunakan perangkat proteksi data: Perangkat pengujian rutin dapat membantu mengidentifikasi celah kerentanan serta melindungi dari potensi pelanggaran. Hal ini mencakup firewall, sistem deteksi penyusupan, prosedur autentikasi multifaktor, dan perangkat lunak enkripsi.
  5. Menerapkan pendekatan Zero Trust: Dengan menghilangkan bentuk kepercayaan implisit dan terus memvalidasi setiap tahap proses interaksi digital untuk melakukan pemantauan yang lebih baik sertamengelola keamanan dan ketaatan vendor pihak ketiga. Hal ini dapat mencakup membatasi akses yang diberikan kepada pihak ketiga, melakukan pemeriksaan rutin, dan menerapkan langkah-langkah perlindungan tambahan untuk mencegah terjadinya penyusupan tanpa izin.

Baca Juga: OJK dan Bank Lakukan Mitigasi Risiko Antisipasi Kebocoran Data Nasabah di Perbankan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News