InvesYuk

Tantangan Ekonomi Mulai Terasa, Ini yang Harus Investor Lakukan

Tantangan Ekonomi Mulai Terasa, Ini yang Harus Investor Lakukan

MOMSMONEY.ID - Tantangan ekonomi mulai terasa sejak harga BBM naik. Berikut ini tindakan yang harus investor lakukan di tengah ekonomi yang makin menantang.

Deputy Director Indef Eko Listiyanto mengatakan, tantangan ekonomi mulai terasa sejak harga BBM naik dan nilai tukar melemah. 

"Kalau nilai tukar sudah melemah, artinya ada masalah dalam optimisme," katanya dalam diskusi bulanan literasi investasi dan perencanaan keuangan Doku Talk, Selasa (3/10), 

Meski begitu, Eko bilang, masih ada harapan untuk Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi 5% di akhir tahun nanti. 

Selasa (4/10), mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat 0,36% ke Rp 15.248. Eko menilai, pelemahan rupiah ke rentang Rp 15.000 masih dalam batas wajar dibandingkan dengan pelemahan mata uang di berbagai negara lainnya. 

"Tidak ada yang bisa menghindari dampak dari kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang agresif, ya respons di Indonesia terutama menaikkan suku bunga acuan, terus juga menjaga agar tidak kehabisan energi (BBM)," ujar dia. 

Baca Juga: Lakukan 4 Cara Ini untuk Menghilangkan Ketombe Kering

Di tengah situasi ini, Eko memproyeksikan outlook ekonomi Indonesia 2023 hanya terjadi perlambatan ekonomi saja, bukan resesi. 

Implikasinya, tentu permintaan komoditas menurun dan harganya juga akan menurun. Dampaknya ke penerimaan negara juga mengalami penurunan.

Menurut Eko, pemerintah harus menjaga dan mencari support untuk harga komoditas yang mungkin tidak setinggi saat ini di tahun depan. Ini yang harus pemerintah pikirkan untuk menjaga APBN dalam pertumbuhan ekonomi. 

Menanggapi dinamika isu ekonomi global dan penguatan pertumbuhan nasional, Director Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan, ekonomi Indonesia masih dalam keadaan yang tangguh.

"Saya rasa sampai dengan 2022 masih cukup oke. Walaupun, kita tidak bisa melihat semua indikatornya bagus dalam bentuk ideal," sebutnya.

"Tapi secara prakteknya, bagus beneran. Contohnya, yield obligasi, lalu nilai tukar rupiah, bahkan untuk pasar saham, kita masih menjadi salah satu di dunia yang masih positif dalam year to date-nya," ungkap dia. 

Baca Juga: Jangan Asal Pakai, Inilah 5 Kondisi Kulit yang Tidak Boleh Pakai Face Oil

Eri menyebutkan, kondisi yang terjadi saat ini justru harus disikapi dengan bijak bagi para investor dalam melakukan tindakan.

"Kita harus disiplin sesuai dengan profil risiko kita. Memang mungkin kalau suku bunga naik, obligasi bisa saja kurang menarik. Tapi, bagi investor yang konservatif, ya tidak harus pindah ke pasar saham juga. It’s creating another problem," katanya.

"Kita harus disiplin dari profil risiko, perencanaan keuangan, jangka waktu, dan kebutuhan kelas aset yang mana," tegas dia. 

Untuk investor pasar saham, Eri menyarankan, harus disiplin dalam melakukan averaging.

"Bukan lihat tanggal atau bulan, namun dapat melihat posisi. Kalau misalkan dari posisi terakhir dibandingkan dengan sekarang selisihnya sudah lumayan, kita melakukan averaging," sarannya. 

Karena terlepas dari fundamental ekonominya yang kuat, kalau bicara pasar saham, maka tidak dapat dihindari berita dan sentimen jangka pendek. Jadi, harus jeli melakukan averaging

Baca Juga: Inflasi Tinggi, Ini Hal-hal yang Bisa Anda Lakukan Untuk Menjaga Keuangan

Sementara Praktisi Perencanaan Keuangan dan Investasi Benny Sufami mengemukakan, kondisi ekonomi yang saat ini terjadi justru dapat memberikan peluang bagi para investor dalam mengembangkan perencanaan keuangannya.

Menurutnya, banyak aspek-aspek investasi yang masih bisa dijajaki di dalam situasi seperti ini. 

"Kita mesti optimistis dengan berbagai situasi. Kondisi ini harus dapat kita manfaatkan dengan mengatur pola perencanaan keuangan yang sehat. Kita harus efektif dan efisien dalam mengatur keuangan kita," ujarnya. 

Benny menjelaskan secara sederhana praktek keuangan yang teratur. Misalnya, bagi mereka yang dalam sebulan mendapatkan penghasilan, mulai melakukan perencanaan anggaran yang baik, teratur, dan disiplin.

"Buat anggaran bulanan, kalau bisa tambah pemasukan dan kontrol pengeluaran. Kemudian, sisihkan penghasilan untuk ditabung. Buat laporan keuangan mingguan, jika perlu harian," kata dia.

"Dan jangan lupa, melakukan investasi untuk masa depan dengan portofolio yang sesuai," imbuh dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News