Harga Emas Naik 27% di 2024, Kinerja Tahunan Terbaik Satu Dekade

MOMSMONEY.ID - Harga emas hari ini di pasar global naik tipis, dan menuju kinerja tahunan terbesar satu dekade.

Mengutip data Bloomberg, Senin (30/12) pukul 12.21 WIB, harga emas spot diperdagangkan di level US$ 2.623,70 per troi ons, naik tipis dibandingkan penutupan Jumat lalu seharga US$ 2.621,40 per troi ons.

Kenaikan harga emas hari ini menjaga performa tahun ini yang terakumulasi naik sebesar 27%. Laju harga logam mulia didorong oleh pelonggaran moneter AS, risiko geopolitik berkelanjutan dan gelombang pembelian oleh bank sentral.

Meski harga emas terus turun sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS bulan November, namun, kenaikannya selama tahun 2024 adalah kinerja tahunan terbaik dalam 10 tahun terakhir.

Performa emas juga masih melampaui sebagian besar kinerja komoditas lainnya. Logam dasar kinerjanya beragam, bijih besi anjlok, sedangkan koreksi harga litium semakin dalam.

Kenaikan tajam emas pada tahun ini, mungkin menandakan pergeseran dinamika pasar, mengingat kenaikan terjadi meskipun dollar AS sedang menguat dan yield US Treasury naik. Kedua faktor itu biasanya merupakan hambatan bagi harga emas.

"Logam mulia sangat luar biasa dan tak kenal ampun, menjadikannya kejutan pasar terbesar di tahun 2024. Permainan emas tampaknya telah beruah," kata David Scutt, analis di Stonex Gourp Inc. melansir Bloomberg, Senin (30/12).

Logam lainnya turun karena perlambatan ekonomi China yang berkepanjangan. Indeks LMEX, ukuran kinerja enam logam di London Metal Exchange, berada pada jalur kenaikan tahunan yang sedang di tengah permintaan China melemah.

Harga bijih besi anjlok karena lemahnya aktivitas konsruksi, yang menyebabkan industri baja Tiongkok, industri terbesar di dunia, dalam siuasi krisis dengan sedikit tanda perbaikan.

Harga litium, yang digunakan untuk membuat baterai, berada di jalur penurunan tahunan yang tajam. Penyebabnya kelebihan pasokan global dan diperparah oleh turbulensi industri kendaraan listrik.

Tahun depan, investor berfokus pada ketidakpastian seputar kebijakan moneter AS, potensi ketegangan karena kepresidenan Trump, dan upaya China menghidupkan kembali pertumbuhan.