MOMSMONEY.ID - Siklus menstruasi adalah proses bulanan yang dialami oleh perempuan. Di mana terjadi serangkaian perubahan pada tubuh dan organ reproduksinya karena didorong oleh hormon.
Dalam proses ini, perempuan dapat mengalami menstruasi atau kehamilan. Pada setiap siklus menstruasi, sel telur akan berkembang dan dilepaskan dari ovarium (ovulasi). Di saat yang sama, lapisan rahim pun akan menebal untuk mempersiapkan kehamilan.
Akan tetapi, jika sel telur yang lepas tak juga dibuahi, maka lapisan tersebut akan luruh dan keluar melalui vagina. Kondisi inilah yang disebut dengan menstruasi. Sementara itu, bila sel telur tersebut berhasil dibuahi maka kehamilan bisa terjadi.
Penting bagi perempuan untuk mengenali setiap fase tersebut, sebab ini dapat membantu memprediksi waktu menstruasi yang akan datang, serta mengetahui masa subur untuk merencanakan kehamilan.
Selama siklus menstruasi, ada suatu proses yang terjadi secara bertahap dalam rahim dan dibagi ke dalam 4 fase menstruasi. Panjang setiap fase pun dapat berbeda-beda dan berubah seiring waktu. Berikut penjelasannya.
Baca Juga: Mengenal Jenis dan Arti Warna Darah Saat Menstruasi
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi merupakan tahap pertama dari siklus menstruasi. Fase ini dimulai ketika sel telur yang dilepas oleh ovarium dari siklus sebelumnya tidak dibuahi. Tidak terjadinya kehamilan membuat kadar hormon estrogen dan progesteron yang dimiliki perempuanmenurun.
Lapisan rahim yang menebal untuk mempersiapkan kehamilan pun tak lagi dibutuhkan. Ini menyebabkan lapisan tersebut meluruh, lalu keluar lewat vagina sebagai kombinasi darah, lendir, dan jaringan dari rahim.
Ketika mengalami menstruasi, perempuan dapat merasakan gejala-gejala, seperti berikut ini.
- Kram perut
- Payudara terasa kencang
- Kembung
- Perubahan suasana hati
- Mudah marah
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Nyeri punggung bawah.
Rata-rata wanita mengalami fase ini selama 3-7 hari. Namun, sebagian lainnya bisa saja memiliki periode yang lebih lama.
2. Fase folikuler
Fase folikuler dimulai pada hari pertama haid (terjadi tumpang tindih dengan fase menstruasi), dan berakhir ketika Anda berovulasi. Pada awalnya, hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH).
Hormon ini dapat merangsang indung telur untuk menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut dengan folikel. Setiap folikel ini mengandung sel telur yang belum matang. Namun, hanya sel telur paling sehatlah yang pada akhirnya akan matang.
Akan tetapi, dalam kasus yang lebih jarang, seorang perempuan bisa saja memiliki dua sel telur yang matang. Selanjutnya, sisa folikel tersebut akan diserap kembali ke dalam tubuh.
Folikel yang matang dapat memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim sehingga tercipta lingkungan yang kaya nutrisi bagi embrio untuk tumbuh. Fase folikel ini rata-rata berlangsung selama 16 hari, namun dapat pula berkisar antara 11-27 hari.
3. Fase ovulasi
Meningkatnya kadar estrogen selama fase folikel memicu kelenjar pituitari melepas hormon luteinizing (LH). Inilah awal terjadinya proses ovulasi. Ovulasi adalah proses ketika ovarium melepas sel telur yang matang.
Sel telur pun bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma. Fase ovulasi merupakan satu-satunya waktu dalam siklus menstruasi yang memungkinkan Anda untuk hamil. Ketika mengalami ovulasi, Anda dapat merasakan gejala-gejala berikut ini.
- Terjadi sedikit peningkatan suhu basal tubuh (suhu rendah tubuh selama istirahat berkisar antara 35-36 derajat).
- Vagina mengeluarkan cairan yang lebih tebal dan bertekstur seperti putih telur.
Ovulasi terjadi pada hari ke-14 jika Anda memiliki siklus haid 28 hari (tepat di tengah siklus menstruasi Anda). Fase ini berlangsung sekitar 24 jam. Setelah sehari, sel telur pun akan mati atau larut jika tidak dibuahi.
Baca Juga: Ketahui Penyebab Siklus Menstruasi Tidak Teratur
4. Fase luteal
Setelah folikel melepaskan sel telurnya, zat ini berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum dapat melepaskan hormon, terutama progesteron dan beberapa estrogen. Peningkatan hormon ini membuat lapisan rahim menebal, dan siap untuk ditanami sel telur yang telah dibuahi.
Jika Anda hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (HCG) yang dapat membantu menjaga korpus luteum maupun lapisan rahim tetap tebal. Sementara, jika Anda tidak hamil, maka korpus luteum akan menyusut dan diserap.
Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang memicu menstruasi. Pada fase ini, wanita yang tidak hamil akan mengalami gejala sindrom premenstruasi (PMS), seperti berikut ini.
- Kembung
- Payudara terasa nyeri atau bengkak
- Suasana hati berubah
- Sakit kepala
- Berat badan bertambah
- Hasrat seks berubah
- Mengidam makanan
- Susah tidur
Fase luteal berlangsung selama 11-17 hari, namun umumnya terjadi selama 14 hari. Itulah 4 fase yang terjadi pada siklus menstruasi wanita.
Selanjutnya: Normalkah Sering Kentut Saat Menstruasi? Cari Tahu Penyebabnya di Sini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News