MOMSMONEY.ID - Kehamilan ektopik adalah hamil di luar kandungan atau rahim. Kondisi ini menyebabkan perdarahan dari vagina dan nyeri hebat di panggul atau perut bawah. Kehamilan ektopik harus segera ditangani karena dapat berbahaya, dan janin juga tidak akan berkembang dengan normal, dikutip dari Healthline.
Pengidap kehamilan ektopik biasanya tetap merasakan gejala layaknya orang hamil pada umumnya, seperti mual, muntah, dan perut yang membesar.
Pada umur kehamilan tertentu ketika saluran indung telur tidak dapat menampung hasil pembuahan yang semakin besar, pengidap biasanya merasakan gejala sebagai berikut:
1. Nyeri yang sangat hebat, nyeri tajam hilang timbul dengan intensitas yang berbeda. Nyeri dapat dirasakan di daerah panggul, perut, atau bahkan menjalar hingga bahu dan leher.
2. Perdarahan pada Miss V, perdarahan muncul dengan jumlah yang dapat lebih banyak atau lebih sedikit daripada saat haid.
3. Gejala pada daerah perut, seperti mual, muntah, dan rasa penuh atau tidak enak di perut.
4. Lemah, pusing, hingga pingsan.
Baca Juga: Kenali Risiko Keracunan Kandungan pada Ibu Hamil
Hingga sekarang, penyebab kehamilan ektopik belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa kondisi yang kerap dikaitkan dengan kehamilan ektopik, yakni:
1. Tuba falopi yang rusak karena peradangan atau cacat akibat infeksi maupun pembedahan
2. Ketidakseimbangan hormon
3. Kelainan genetik
4. Cacat lahir
5. Kondisi medis yang memengaruhi bentuk maupun kondisi saluran tuba dan organ reproduksi lainnya
Baca Juga: Tips Diet Sehat untuk Ibu Hamil yang Obesitas
Semua perempuan yang aktif secara seksual berisiko mengalami kehamilan ektopik. Namun, beberapa faktor berikut ini bisa meningkatkan risikonya.
1. Riwayat kehamilan ektopik
2. Pernah mengalami peradangan atau infeksi tertentu, misalnya penyakit menular seksual (seperti gonore atau klamidia). Kondisi ini dapat memicu inflamasi pada tuba falopi atau organ terdekat, sehingga meningkatkan risiko kehamilan di luar rahim.
3. Prosedur untuk meningkatkan kesuburan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menjalani program bayi tabung atau perawatan serupa, lebih rentan mengalami kehamilan ektopik.
4. Gangguan kesuburan (infertilitas)
5. Pernah menjalani operasi tuba falopi
6. Penggunaan alat kontrasepsi intrauterine device (IUD). Jika kehamilan terjadi saat KB spiral masih ada dalam rahim, Anda kemungkinan besar akan mengalami kehamilan ektopik.
7. Prosedur ligasi tuba (mengikat tuba). Metode kontrasepsi permanen ini juga bisa meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
8. Kebiasaan merokok. Semakin sering merokok, risiko kehamilan ektopik pun akan semakin tinggi.
Baca Juga: 4 Seafood yang Aman Dikonsumsi Ibu Hamil
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan ektopik. Meskipun angka kejadiannya berkisar 1 dari 50 kehamilan, ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kehamilan ektopik:
1. Membatasi jumlah pasangan seksual, untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi menular seksual.
2. Menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks berisiko, untuk menghindari infeksi menular seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul.
3. Tidak merokok, jika pengidap adalah perokok, berhenti merokok saat sedang hamil.
Orang hamil dengan gejala perdarahan ringan yang muncul dari Miss V atau nyeri ringan pada daerah perut dan panggul harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk mencegah kemungkinan terjadinya perburukan.
Selanjutnya: Ingin Anak Laki-Laki? Konsumi 5 Makanan ini Selama Kehamilan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News